SOLOPOS.COM - Petugas dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY menjelaskan kepada warga tentang keaslian uang rupiah edisi baru dalam Sosialisasi, Edukasi dan Penukaran Uang Rupiah di Kantor Kecamatan Pakem, Sleman, Kamis (2/3/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Uang palsu Jogja, tahun lalu penemuan mencapai ribuan lembar

Harianjogja.com, SLEMAN — Mengantisipasi peredaran uang palsu yang kian marak, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY dan Bank Mandiri menggelar sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Kecamatan Kraton. Pada 2016 tercatat uang palsu yang dilaporkan kepada KPBI DIY mencapai 3.766 lembar.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Kepala Tim Pengelolaan Uang Rupiah dan Operasional Sistem Pembayaran KPBI DIY, Probo Sukesi mengungkapkan dalam beberapa tahun ini, uang palsu semakin marak. Uang palsu yang banyak beredar memalsukan desain, teknik cetak hingga pewarnaan.

Tak dipungkiri jika semakin lama uang palsu menjadi semakin sulit dibedakan, jika masyarakat tidak jeli dalam memerhatikan keasliannya. Bahkan pelaku pengedar uang palsu juga datang dari berbagai elemen.

“Kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara mengetahui perbedaan uang asli dan plasu, banyak dimanfaatkan para oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menyebarkan uang palsu,” ungkap Probo dalam acara Sosialisasi, Edukasi dan Penukaran Uang Rupiah kepada masyarakat di Kantor Kecamatan Pakem, Sleman, Kamis (2/3/2017).

Probo menambahkan sosialisasi uang rupiah selalu digalakkan untuk mengedukasi masyarakat. KPBI DIY juga selalu rutin menggelar edukasi perihal uang rupiah, salah satunya untuk membatasi ruang peredaran uang palsu di tengah masyarakat.

“Apalagi Jogja sebagai daerah wisata menjadi pasar yang strategis bagi pembuat uang palsu untuk menyebarluaskan uang palsu ke masyarakat. Selain itu, pedagang pasar juga rawan menjadi sasaran uang palsu,” jelas Probo.

Pada tahun 2016, laporan uang palsu yang masuk ke KPBI DIY jumlahnya cukup banyak. Probo mengungkapkan, pada tahun itu ada sekitar 3.766 lembar uang palsu. Uang-uang tersebut terdiri dari berbagai nominal pecahan.

“Namun, paling banyak nominalnya adalah pecahan Rp100.000-an. Kami berharap sosialisasi ini dapat semakin membuat masyarakat memahami cara membedakan uang asli dan uang palsu,” imbuh Probo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya