SOLOPOS.COM - Ilustrasi lahan pertanian padi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Solopos.com, SLEMAN — Tim Peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kini sedang mengembangkan varietas padi amfibi. Varietas padi yang diberi nama Gagagora ini memiliki potensi produksi mencapai 10 ton per hektare.

Pengembangan varietas padi amfibi ini dilkukan untuk mensiasati penurunan produksi padi di Indonesia yang diakibatkan perubahan iklim global serta dampak pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektare per tahun.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Ketua tim pengembangan varietas padi ini, Taryono, mengatakan varietas padi amfibi ini diberi nama Gamagora yang merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah.

Baca Juga: Tukang Becak Nakal Tipu Wisatawan di Jogja: Malioboro Tutup

“Gamagora sedang dilakukan uji multilokasi sebnayak 14 lokasi di seluruh Indonesia,” kata dia, Senin (21/3/2022).
Padi ini tengah diuji di delapan lokasi pada sawah dan enam lokasi pada tanah tadah hujan. Kegiatan uji multilokasi untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian.

Anggota peneliti lainnya, Panjisakti Basunada, menuturkan uji multilokasi juga bertujuan untuk mendapatkan keunggulan padi ini dibanding dengan padi sejenis yang sudah ditanam di Indonesia.

Memiliki potensi produksi mencapai 10 ton per hektare, kata dia, padi amfibi ini tengah dilakukan uji multilokasi terhadap 10 galur harapan di 14 lokasi di sembilan provinsi yang meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Halmahera Utara.

“Di sini yang akan kami libatkan ada sepuluh calon, ditambah dengan empat pembanding. Dibandingkan dengan kultivar yang sudah eksis, yang disukai petani dan unggul. Paling tidak syarat kultivar bisa lulus menyamai penampilan, menyamai karater yang unggul,” katanya.

Baca Juga: Misteri Pohon Beringin Keraton Jogja, Ada Ritual Setiap Sura

Keunggulan dari jenis padi ini bisa ditanam di lahan persawahan maupun lahan non sawah.

“Sampai saat ini sempat kami prediksi sudah mulai kelihatan beberapa nomor sudah melihat potensi hasil lebih tinggi di padi pembandingnya. Ada kemampuan beradaptasi dan stabilitas. Siap dirilis nasional jika bagus di semua tempat. Jika hanya satu tempat, maka hanya kultivar satu tempat saja,” ungkapnya.

Rektor UGM, Panut Mulyono, mengapresiasi hasil inovasi riset padi Gamagora yang sudah memasuki uji multilokasi. Menurutnya padi ini memiliki potensi untuk bisa ditanam di dua lokasi area persawahan dan lahan kering.

Maka, padi ini menurutnya bisa menjadi bibit padi yang baik untuk meningkatkan produktivitas padi di Tanah Air. Ia juga telah meninjau salah satu lokasi uji multilokasi padi Gamagora, di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, Minggu (20/3/2022).

Baca Juga: Malioboro Jogja Tak Ramah Wisatawan, Ada Apa Gerangan?

“Bibit yang bagus menjadi kebutuhan bagi pertanian kita bahwa produktivitas harus kita tingkatkan per hektarenya. Saya kira minimal 10 ton per hektare sangat bagus dan dengan meningkatnya produktivitas per hektare tentu menguntungkan petani,” katanya.

Ia berharap padi Gamagora ini selain potensial menghasilkan produksi panen per hektare yang tinggi, namun juga memiliki keunggulan terhadap hama penyakit serta bisa lolos uji varietas dan mendapatkan izin edar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya