SOLOPOS.COM - Ilustrasi membajak sawah menjelang musim tanam padi. (JIBI/Solopos/Antara/Fikri Yusuf)

UGM mengembangkan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) untuk meningkatkan produk pertanian dan membuatnya mampu bersaing di pasar global

Harianjgja.com, GUNUNGKIDUL– Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja mengembangkan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) untuk meningkatkan produk pertanian dan membuatnya mampu bersaing di pasar global.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

“Program P4S berhasil meningkatkan produk-produk pertanian dengan berpegang pada konsep petani yang berperan sebagai produsen, manajer/pemimpin, wirausaha maupun fasilitator petani-belajar-kepada-petani. Jadi keterlibatan petani melatih petani yang lain menjadi signifikan dalam meningkatkan produk pertanian,” kata Peneliti Pertanian dari UGM Ajat Jatnika di Jogja, Minggu (10/9/2016).

Ia mengatakan untuk menghadapi banyaknya perubahan pada lingkungan strategis pembangunan pertanian maupun tantangan untuk bersaing di pasar global, petani diharapkan andal dalam menjalankan multi perannya.

Sementara itu, jelas dia, kompetensi petani fasilitator yang dimoderasi empati hingga kini belum secara optimal mendorong efektivitas P4S.

Karena itu, katanya, agar optimal, perlu mendeskripsikan kembali gejala dan fakta terkait multi peran petani, menganalisis tiga kluster kompetensi yaitu pengetahuan, sikap mental, dan ketrampilan peran petani sebagai fasilitator terhadap efektivitas P4S serta menguji empati memoderasi hubungan kluster kompetensi petani sebagai fasilitator dan efektivitas P4S.

Bersambung halaman 2


“Dengan menggunakan metode penelitian gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta dengan strategi transformatif sekuensial, diharapkan bisa menjawab semua itu,” ujarnya.

Ajat menambahkan petani fasilitator P4S Jawa Barat berhasil memadukan perannya sebagai model aktor rasionalnya sebagai produsen, manajer/ pemimpin dan wirausaha bidang pertanian.

Ia mengatakan model pembelajarannya berhasil berpartisipasi aktif pada penyuluhan pembangunan, baik dengan pendekatan petani-pelajar-kepada-petani maupun kemampuan memfasilitasi pembelajaran. “Terutama fasilitas-fasilitas pembelajaran untuk nonpetani, seperti pelajar/mahasiswa, ibu-ibu PKK, calon purnabhakti perusahaan swasta,” jelas Ajat.

Keberhasilan menjalankan perannya sebagai fasilitator, menurut Ajat, karena petani melakukan pertukaran sosial yang secara sekuensial dimulai dengan pertukaran timbal balik diantara petani fasiltator dan pemerintah. Dilanjutkan pertukaran negosiasi diantara petani fasilitator dan kliennya yaitu pihak penyandang dana dan pembelajar.

“Dukungan sosial yang diperoleh petani fasilitator adalah dari petugas pertanian, keluarga, tetangga dan sesama petani sekitarnya,” tuturnya.

Bersambung halaman 3

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan, sikap mental dan ketrampilan petani fasilitator secara simultan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas P4S.

Sementara itu, kontribusi sikap mental petani terhadap efektivitas P4S mencapai angka 68% dan pengetahuan berkontribusi sebesar 32%.

“Artinya, melalui P4S sikap mental petani semakin teruji dalam meningkatkan produksi pertaniannya karena petani pada umumnya juga menginginkan peningkatan penghasilan dari produksi pertaniannya,” papar dia, seperti dikutip dari Antara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya