Jogja
Sabtu, 22 Agustus 2015 - 06:20 WIB

UKM KULONPROGO : Mengintip Sentra Kerajinan Kaleng

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hendro dan Sukardi, warga Dusun Kuncen, Desa Bendungan, Wates, Kulonprogo tetap bertahan menjalankan usaha kerajinan kaleng di rumahnya, Jumat (21/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N)

UKM Kulonprogo diperkaya dengan keberadaan kerajinan kaleng.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Produksi berbagai kerajinan kaleng di Dusun Kuncen, Desa Bendungan, Wates, Kulonprogo sudah ada sejak 50 tahun lalu. Pada masa kejayaannya, ada sembilan kepala keluarga (KK) yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan menjadi tukang patri.

Advertisement

Usaha tersebut kemudian diteruskan secara turun temurun. Namun, saat ini hanya tersisa empat KK yang bertahan. Mereka berjuang dengan menerima pesanan pembuatan dan perbaikan berbagai kerajinan kaleng, seperti gembor, ember, bak air, panci, loyang kue, oven, dan lainnya.
“Awalnya dulu cuma buat ember, lalu kami berusaha mengembangkannya ke bentuk lain,” kata Hendro, salah satu perajin kaleng di Kuncen kepada Harianjogja.com, Jumat (21/8/2015).

Untuk menuju rumah Hendro dan tiga produsen lainnya, kita bisa memulainya dari persimpangan patung Nyi Ageng Serang. Jarak yang harus ditempuh hanya sekitar satu kilometer ke arah selatan. Setelah melewati lahan pertanian warga, cari saja SD Negeri Pepen. Rumah Hendro sendiri terletak tidak jauh dari sana. “Selain di sini, ada juga di daerah Temon tapi di sana lebih banyak buat gembor,” ujar Hendro.

Hendro mengungkapkan, saat ini dia dan ayahnya lebih banyak melayani pembuatan alat-alat pertanian dan perabot dapur. Dibantu dua karyawan, produk kerajinan kaleng mereka sudah punya pelanggan di wilayah Prambanan, Wonosari, Klaten, dan Bantul. “Ada juga yang ke sekitar Kulonprogo dan Purworejo,” ucap pria 31 tahun itu.

Advertisement

Menurut Hendro, musim kemarau menjadi masa sibuk bagi para perajin di Kuncen. Pesanan pembuatan gembor atau alat penyiram tanaman bisa mencapai 400-500 buah per bulan. Harganya dipatok Rp30.000 dan Rp45.000 per buah, tergantung ketebalan bahan.

Meski demikian, aneka bahan baku seperti seng, aluminium, dan stailess steel masih didatangkan dari luar daerah, yaitu Semarang dan Surabaya. “Lebih komplet. Di Kulonprogo juga ada tapi kurang bagus,” ucap ayah Hendro, Sukardi.

Sukardi dan Hendro menyadari jika harus terus berinovasi agar usaha kerajinan kaleng yang mereka jalankan tidak gulung tikar seperti sejumlah perajin lain di sana. “Apa yang konsumen butuhkan, harus bisa kita layani. Memang dituntut ada inovasi dan mampu berkreasi,” imbuh Hendro yang bertekad tetap menghidupkan usaha turun-temurun keluarganya itu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif