Jogja
Rabu, 23 November 2016 - 17:55 WIB

UMKM JOGJA : Pengusaha Jangan Langsung Mengeluh Jika Transaksi Sepi saat Pameran

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana program acara Angkringan Pakdhe Harjo di Radio Star Jogja FM, Selasa (22/11/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

UMKM Jogja belum semua masuk dalam keanggotaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA-Belum semua usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis kerajinan masuk dalam keanggotaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Jogja.

Advertisement

Mengingat besarnya peran sektor kerajinan dalam pembangunan daerah, ditargetkan pada 2017 mendatang, ada penambahan 50 UMKM kerajinan dalam organisasi ini.

Kepala Bidang Pengembangan UMKM Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Jogja Tri Karyadi Riyanto mengungkapkan, berbagai upaya dilakukan untuk menarik UMKM agar bergabung dalam Dekranasda.

Salah satunya melalui ajang Dekranasda Kota Yogyakarta (Dekoya) Award, sebuah ajang penghargaan bagi UMKM berbakat. “Dekoya ini harapannya sebagai pancingan bagi pelaku UMKM kerajinan,” ujarnya dalam program acara Angkringan Pakdhe Harjo di Radio Star Jogja FM, Selasa (22/11/2016) malam.

Advertisement

Dinas juga siap menyelenggarakan kegiatan yang memajukan UMKM. Satu di antaranya, pendampingan pelaku usaha senior kepada junior yang bertujuan agar sesama anggota saling berbagi ilmu dalam mempertahankan eksistensi serta mengembangkan inovasi usahanya.

Dinas juga tak henti-hentinya membantu UMKM memasarkan produk melalui pameran, seperti yang biasa dilakukan di Malioboro Mall. Sayangnya, kebanyakan UMKM masih menganggap pameran sebagai ajang berjualan.

Ia mengakui sulitnya mengubah pola pikir pelaku usaha bahwa pameran bukan sebagai ajang jualan tapi ajang promosi. Ia kerap mendapat keluhan dari pelaku UMKM jika pamerannya sepi atau tidak ada produk terjual.

Advertisement

Padahal, katanya, esensi pameran memang bukan untuk bertransaksi pada saat pelaksanaan pameran, tetapi lebih pada aspek jangka panjang di mana proses transaksi bisa terjadi di luar even pameran tersebut. “Kami hanya bantu mempromosikan bukan reselling. Ya syukur-syukur kalau ada order [saat pameran],” katanya.

Hal tersebut juga diakui Theressa Naumi, pelaku usaha di bidang pembuatan kain batik berlabel Malam Batik. Ia kerap mendapati rekannya mengeluh karena dagangannya tidak laku saat pameran.

“Pedagang itu anggapannya pameran sebagai jualan jadi kesempatan bawa barang sebanyak-banyaknya. Bahkan barang orang lain juga ikut dipasarkan,” tuturnya yang juga hadir dalam Angkringan Pakdhe Harjo tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif