SOLOPOS.COM - Batik khas Kulonprogo (HARIAN JOGJA/ARIEF JUNIANTO)

UMKM Kulonprogo untuk industri batik tengah digemari.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Beberapa waktu belakangan, Kulonprogo kerap dikenal dengan batik motif geblek renteng yang diklaim sebagai motif khas Bumi Menoreh ini. Namun, tak banyak yang mengetahui bahwa batik motif kontemporer kini juga sedang berkembang di Dusun, Sembungan, Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Batik abstrak kontemporer ini tak memiliki motif baku bahkan cenderung tanpa  motif tertentu. Motif yang dihasilkan pun benar-benar ditentukan oleh si pengrajinnya saat proses produksi. Jenis batik ini merupakan kreasi seorang seniman lokal bernama Gito, pria mantan pekerja percetakan batik yang kemudian memutuskan berusaha sendiri.

Kelahiran batik kontemporer ini berawal pada tahun 2010 ketika Gito mendirikan rumah pembuatan batik di kampungnya. Berbekal pengalaman bekerja di percetakan batik, ia kemudian membeli kain mori, pewarna, dan peralatan batik lengkap untuk memulai usahanya. “Saya pernah kerja di percetakaan batik dlu,” ujar pria yang sudah berhias uban di kepalanya ini pada Jumat(29/1).

Pada proses awal inilah kemudian pria berusia 52 tahun ini memiliki ide untuk membuat batik abstrak. Disebut dengan abstrak karena dalam prosesnya menggunakan cara batik tulis namun tanpa motif. Jenis batik yang berbeda karena umumnya batik yang ada diproduksi dengan cara dicetak ataupun batik tulis yang didasarkan pada motif tertentu, baik motif tradisioanal maupun modern.

Daya tariknya tak hanya pada motifnya yang pasti berbeda satu sama lainnya. Batik abstrak juga sangat menarik perhatian karena warna-warninya yang begitu semarak. Gito tak punya pakem tertentu mengenai warna yang akan dipadukannya dalam satu buah kain. “Asal menarik perpaduan warnanya ya saya bikin,”ujar Gito sembari menjemur salah satu kreasinya di halaman rumahnya.

Meski sudah berjalan selama 5 tahun, sampai saat ini Gito masih membuat karyanya berdua bersama sang istri di halaman rumahnya. Semua prosesnya dilakukan secara manual tanpa bantuan alat modern apapun. Bahu-membahu pasangan suami istri membuat kain batik kontemporer ini.

Untuk memproduksi sebuah kain batik berukuran 1,5×2 meter ini, Gito biasanya membutuhkan waktu satu hari. Terkadang ia harus berupaya lebih keras supaya bisa memproduksi lebih banyak. Pasalnya, Gito kini sudah bisa mendapatkan pesanan batik hingga 50 lembar per bulannya.

Batik abstrak ini juga tak pernah dipasarkan ke toko-toko. Selama ini penjualannya bergantung pada promosi secara daring dan cara tradisioanl ala mulut ke mulut. Meski demikian, batik kontemporer ini sudah dipasarkan hingga ke Jepang dan Malaysia. Untuk daerah sekitar, Gito mengisahkan bahwa batiknya sudah pernah dikirim ke Semarang, Bandung, dan Jakarta. Tiap lembarnya ia jual dengan harga yang bervariasi dengan kisaran Rp150.000-Rp300.000. Harga tersebut tergantung kepada motif dan kesulitan produksinya.

Meski masih terbatas, Gito berharap batik anstrak buatannya bisa lebih dikenal lagi di masyarakat luas. Apalagi menurutnya ini bisa menjadi pilihan bagi anak muda yang ingin mengenakan batik tapi kurang berselera pada pilihan warna-warna dan motifnya yang cnderung tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya