Jogja
Jumat, 18 Desember 2015 - 22:55 WIB

UMKM KULONPROGO : Kesulitan Modal, Perajin Serat Alam Tolak Orderan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pameran kerajinan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

UMKM Kulonprogo masih terganjal soal modal.

Harianjogja.com, JOGJA – Selama libur natal 2015 dan tahun baru 2016, pengrajin serat alam terpaksa menolak pemesanan. Selain terhimpit masalah modal, bahan baku juga sulit diakses.

Advertisement

Perajin serat alam, di Desa Salamrejo Kulonprogo, Wartini mengatakan, dirinya mengalami kesulitan mengakses modal di bank. Rencananya, modal tersebut untuk memperbesar usahanya dan menambah stok bahan baku dan kerajinan.

“Kami mendapat catatan merah dari bank karena sering telat membayar angsuran. Hal ini membuat saya kesulitan mengakses modal dari perbankkan,” katanya seperti dilansir dari Antara, Jumat (18/12/2015)

Advertisement

“Kami mendapat catatan merah dari bank karena sering telat membayar angsuran. Hal ini membuat saya kesulitan mengakses modal dari perbankkan,” katanya seperti dilansir dari Antara, Jumat (18/12/2015)

Ia mengatakan, permintaan kerajinan dari pedagang dari luar kota sangat tinggi. Tapi karena kesulitan modal, dirinya tidak dapat menambah jumlah produksi.

“Kami hanya melayani permintaan yang sudah membayar 30 persen dari nilai pesanan. Uang tersebut untuk modal bahan baku dan membayar karyawan,” kata dia.

Advertisement

“Kami menyadari keterbatasan modal ini membuat produksi tidak banyak. Untuk itu, kami menekankan pada kualitas produk dan inovasi produk yang digemari di pasaran,” kata Wartini.

Pemilik Tukiyo Handycraft Salamrejo, Tukiyo, mengatakan pihaknya menolak banyak permintaan dari perdagang di sekitar Kota Yogyakarta dan dari daerah lain.

“Kami tidak menambah stok kerajinan. Sebenarnya pesanan sangat banyak dan kami menolak pesanan karena bahan baku susah dan harga bahan baku naik,” kata Tukiyo.

Advertisement

Ia mengatakan, dirinya kewalahan memenuhi permintaan dari eksportir hingga pedagang dari Bali, Jakarta, dan Bandung.

“Kami setiap bulan mendapatkan pesanan antara 1.200 hingga 1.500 pieces. Tapi, hanya mampu memproduksi antara 75 hingga 80 persen,” katanya.

“Kami kewalahan memenuhi pesanan tas atau kerajinan serat alam setiap bulannya,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif