SOLOPOS.COM - Seorang pekerja mengemasi kedelai yang akan difermentasi hingga menjadi tempe di Omah Tempe, Dusun Dobangsan, Desa Giripeni, Kecamatan Wates, Kulonprogo, Kamis (21/1/2016). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

UMKM Kulonprogo berusaha menerapkan konsep standar produksi.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Produsen tempe tradisional dapat membuat produk tempe higienis jika tertib mematuhi sejumlah standar higienitas produksi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sekretaris Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) Kulonprogo, Sutirto memaparkan, produk tempe higienis bisa diwujudkan dengan menjaga kebersihan diri dan perilaku produsen atau pekerja, peralatan kerja, hingga kondisi lingkungan sekitar rumah produksi. Ada standar operasional prosedur (SOP) yang harus dipatuhi, mulai dari proses persiapan alat dan bahan hingga pengemasan.

Peralatan yang dipakai harus serba berbahan stainless steel dan selalu dicuci sebelum digunakan. Pekerja juga diwajibkan menggunakan pakaian bersih, masker, dan sarung tangan selama proses produksi. Produsen pun dituntut memastikan air yang digunakan adalah air bersih dan mengelola penanganan limbah dengan tepat agar usahanya lebih ramah lingkungan.

Sutirto menambahkan, saat ini terdapat tiga Omah Tempe di Kulonprogo sebagai pusat produksi tempe higienis. Selain Dobangsan, ada pula di Dusun Kuncen, Desa Bendungan Wates dan Dusun Seling, Desa Kebonrejo, Temon. Dia berharap, jumlah produsen tempe tradisonal yang menerapkan standar higienitas produksi bisa terus bertambah.

“Kami berupaya agar produk tempe tidak terkontaminasi kuman dan penyakit,” ujar Sutirto, beberapa saat sebelum peresmian Omah Tempe di Dusun Dobangsan, Desa Giripeni, Wates, Kulonprogo, Kamis (21/1/2016).

Sementara itu, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengatakan, ada banyak manfaat mengonsumsi tempe yang kaya akan protein dan vitamin itu. Makanan berbahan dasar kedelai tersebut juga mengandung fitoestrogen yang tidak hilang selama proses fermentasi.

“Kandungan fitoestrogen itu bisa membuat kulit keriput kembali kencang,” ucap Hasto.

Meski demikian, Hasto berpendapat jika tempe yang beredar di pasaran memiliki rasa yang berbeda-beda karena para produsen tidak menerapkan standar pengolahan yang sama. Kualitas kedelai yang digunakan pun sangat mungkin berbeda. “Selain higienis, akan lebih baik jika rasanya juga standar enaknya dan tidak berubah-ubah,” imbuh dia. (

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya