Jogja
Sabtu, 23 Januari 2016 - 01:20 WIB

USAHA KECIL : Rajin Ikut Pameran, Dongkrak Omzet UMKM

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Beberapa Usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMKM) mengikuti pameran yang digelar oleh BPD DIY di The Sahid Rich Jogja Hotel, Kamis (21/1/2016). (Bernadheta Dian Saraswati)

Usaha kecil di DIY merasakan manfaat dari pameran untuk mendongkrak omzet

Harianjogja.com, SLEMAN-Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki banyak cara untuk mendongkrak penjualan. Salah satu cara efektif untuk meningkatkan omzet bulanannya adalah dengan mengikuti pameran.

Advertisement

Seperti yang terlihat di lobby The Sahid Rich Jogja Hotel, puluhan UMKM memajang produknya mulai dari kain batik, tas kulit, sandal rajut, makanan khas Jogja, hingga lampu aroma terapi. Produk-produk tersebut dipajang agar disaksikan para tamu hotel yang melintas.

Pameran UMKM Binaan BPD DIY ini secara khusus untuk menyambut para calon Duta Besar Indonesia yang sedang mengikuti kegiatan dan menginap di hotel tersebut.

Advertisement

Pameran UMKM Binaan BPD DIY ini secara khusus untuk menyambut para calon Duta Besar Indonesia yang sedang mengikuti kegiatan dan menginap di hotel tersebut.

Pemilik UMKM Sinar Abadi Batik Kulonprogo Agus Fatkhurohman yang ikut dalam pameran mengaku, pameran mampu meningkatkan penjualan kain batik sebesar 20% dari total omzet per bulannya.

“Dengan ikut pameran setidaknya bisa meningkatkan penjualan 20% dari omzet bulanan. Rata-rata per bulan kami terima Rp50 juta,” kata Agus pada Harian Jogja, Kamis (21/1/2016).

Advertisement

Biasanya saat pameran berlangsung, pengunjung hanya sebatas menyaksikan produk yang dipamerkan, bertanya-tanya seputar proses produksi, dan meminta kartu nama. Tapi, lanjut Agus, dari situlah transaksi dimulai.

Meski begitu, UMKM tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pameran dari bank. UMKM harus berani mengikuti pameran mandiri agar lebih dikenal pasar. “Dalam membuka usaha itu diperlukan biaya promosi. Biaya promosi itu digunakan misalnya untuk bayar pameran,” terangnya.

Berdasarkan pengalaman, ia pernah membayar puluhan juta demi mempromosikan batik warna alam yang ia produksi. “Pernah Rp1,5 juta. Ini murah. Termahalnya pameran Incraft di JCC [Jakarta Convention Center] Rp17,5 juta dengan ukuran stan 4 x 3 meter,” jelasnya.

Advertisement

Harga stan sebesar itu menurutnya tidak menimbulkan kerugian jika acara yang diikuti mampu mendatangkan konsumen yang potensial untuk membeli produk UMKM.

Hal yang sama dikemukakan pelaku UMKM lainnya, Widodo Armelan, pemilik Titoy Jaya Production (TJP) yang memproduksi lampu aroma terapi.

“Pameran itu untuk promosi. Setelah itu berlanjut pada transaksi. Kalau suka, langsung beli di pameran, kalau mau order banyak biasanya minta brosur dulu dan tanya-tanya. Kalau nggak laku minimal kita sudah bisa memamerkan produk dan orang pernah tahu produk kita,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif