SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Pengolahan Teh Tradisional JIBI/Harian Jogja/Reuters

Foto Ilustrasi Pengolahan Teh Tradisional
JIBI/Harian Jogja/Reuters

KULONPROGO-Praktik monopoli hambat usaha produksi teh masyarakat Suroloyo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Petani inginkan harga jual yang lebih baik.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Kasiyem, salah seorang pengolah teh tradisional dari Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Samgaluh menceritakan kegiatan ekonomi produktif yang ia lakukan cukup memberikan dampak postif bagi peningkatan perekonomian keluarga. Hanya saja usaha tersebut terhalang oleh sulitnya mendapatkan bahan baku utama.

“Yang bikin ngganjel itu karena bahan baku dikuasai satu perusahaan berodal besar yang sudah lama beroperasi di wilayah kami. Itu yang menjadi penghalang kami untuk mengelola teh,” ujar dia Jumat (7/6/2013).

Budi Suryadi, Koordinator Basis Produksi Serikat Tani Kulonprogo mengatakan harga beli dari perusahaan tersebut sangat rendah dan merugikan petani. Setiap kilogram hanya diharga sekitar Rp1.200.

“Harga serendah itu tidak menguntungkan petani karena tidak bisa menutupi ongkos produksi. Jadi perusaahan itu mengambil dari petani dengan harga rendah lalu dijual lagi per kilogram Rp5.000. jaraknya jauh sekali,” beber Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya