Jogja
Sabtu, 16 Juli 2016 - 08:20 WIB

VAKSIN PALSU : Darimana Pasokan Vaksin 28 Rumah Sakit di Sleman?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ampul-ampul berisi vaksin (JIBI/Solopos/Reuters)

Vaksin palsu yang beredar di masyarakat mengkhawatirkan warga.

Harianjogja.com, SLEMAN– Kasus vaksin palsu yang mencuat beberapa waktu terakhir masih menimbulkan kegusaran di masyarakat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman pun memastikan, pasokan vaksin di Sleman steril dari vaksin palsu.

Advertisement

Kepala Dinkes Sleman Mafilindati Nuraini menegaskan, Dinkes sudah menyelidiki dan meminta laporan dari 28 rumah sakit (RS) yang beroperasi di Sleman terkait distribusi vaksin yang digunakan selama ini. Hasilnya, kata Linda, selain mendapatkan dan menggunakan vaksin dari Dinkes, RS-RS tersebut juga mendapat pasokan vaksin dari distributor resmi. Sayang, Linda tidak menjelaskan mana saja distributor resmi yang beredar di Sleman.

“Ada yang mendapatkan vaksin dari Dinkes, tetapi ada juga RS yang membeli vaksin dari distributor resmi. Sekali lagi, distributor resmi, dan bukan yang terindikasi memperjual belikan vaksin palsu,” tegas Linda kepada wartawan, Jumat (15/7/2016).

Ketika marak pemberitaan vaksin palsu marak, Dinkes langsung mengumpulkan para pengelola RS untuk melakukan pengecekan terhadap vaksin yang digunakan. Termasuk alur distribusinya. Pengecekan dilakukan tidak hanya fisik, tetapi juga melalui faktur pembelian.

Advertisement

“Kami lakukan pemeriksaan setelah muncul vaksil palsu. Sebelum lebaran, data-data sudah kami kumpulkan. Termasuk, melacak faktur pembelian yang dilakukan masing-masing RS,” jelasnya.

Dia menegaskan sejauh ini, Dinkes belum menerima satupun laporan atau aduan dari masyarakat terkait keberadaan vaksin palsu baik di klinik maupun bidan praktik mandiri (BPM). Linda menjelaskan, saat ini di Sleman terdapat 30 klinik pratama dan 261 BPM. Dinkes terus melakukan pemantauan untuk mengantisipasi keberadaan vaksin palsu di Sleman.

“Masing-masing BPM mengambil vaksin dari Puskesmas dan pencatatannya sangat ketat. Sebab bukan tidak mungkin, distributor memanfaatkan celah melalui klinik maupun BPM,” ujarnya.

Advertisement

Sementara, Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Dinkes Sleman Wisnu Murti menjelaskan, masing-masing Puskesmas tetap melakukan monitoring secara ketat terhadap penggunaan vaksin oleh BPM.

“Misalnya, berapa jumlah vaksin yang digunakan? Berapa jumlah bayi yang diimunisasi? Semua harus jelas. Dengan begitu, jika ada BPM yang mengambil vaksin dari luar akan terlihat,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif