SOLOPOS.COM - Abdi dalem Kraton sedang mengeringkan kereta Kanjeng Nyai Jimat seusai dijamasi atau dicuci di halaman Museum Kereta, Selasa (17/10/2017). (Ujang Hasanudin)

Ratuan warga berebut air bekas cucian kereta di Kompleks Museum Kereta Kraton

Harianjogja.com, JOGJA -Ratuan warga berebut air bekas cucian kereta di Kompleks Museum Kereta Kraton, Selasa (17/10/2017). Dua kereta yang dijamasi atau dicuci tersebut adalah Kanjeng Nyai Jimat dan Kyai Manik Retno.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Kereta Kenjeng Nyai Jimat merupakan kendaraan resmi Hamengku Buwono I. Sementara Kyai Manik Retno adalah kendaraan yang digunakan HB IV dan V, kereta itu dibuat di Belanda pada 1815 silam.

Prosesi jamasan yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dipadati ratusan warga dari berbagai daerah. Mereka sengaja datang untuk menyaksikan jamasan dan mengambil airnya yang dianggap dapat membawa berkah. “Buat cuci muka dan mandi,” kata Yuniarti, 57, warga Godewan Sleman.

Yuniarti mengaku datang bersama anaknya satu jam sebelum prosesi jamasan dimulai. Malam harinya dia bersama anaknya juga ikut selamatan di museum yang sama hingga dini hari. Ia merasa selain dapat menyehatkan, air bekas jamasan kereta juga dapat digunakan untuk mempermudah rezeki.

Senada juga diungkapkan Wahyu Mintarsi, 59. Warga Tebet Jakarta Selatan ini jauh-jauh datang ke Jogja hanya untuk mencari air bekas cucian kereta. Pengusaha warung makan ini sejak beberpa hari terakhir sepi dan menduga diriny diguna-guna. “Ada saran dari saudara saya untuk kesini,” ucapnya.

Ia bersama anak keempatnya mengambil dua dirigen dan tiga botol ukuran besar. Rencananya air tersebut buat disiram di warungnya. Sebagian lainnya untuk diminum.

Prosesi jamasan kereta berlangsung sekitar 1,5 jam. Jamasan ini di bagi dua dua tempat. Untuk Nyai Jumat dicuci di samping museum. Sementara Kyai Manik Roro di bagian depan museum. Namun hanya air bekas cucian Nyai Jimat yang diperebutkan.

Prosesi ini juga dihadiri Gusti Kenjeng Ratu Hayu. Ia mengatakan jamasan kereta merupakan tradisi tahunan. Acara itu merupakan hajatan dalem. Karena itu Hayu semat meminta masyarakat untuk tidak terlalu mendekat ke area sekitar jamasan.

“Ini upacara penting, bukan masalah ketat atau tidaknya. Ini kan salah satu kereta yang paling tua, kalau kenopo-kenopo kepie,” kata Hayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya