Jogja
Selasa, 17 Oktober 2017 - 15:55 WIB

Warga Berebut Air Jamasan Kereta di Kraton Ngayogyakarta

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abdi dalem Kraton sedang mengeringkan kereta Kanjeng Nyai Jimat seusai dijamasi atau dicuci di halaman Museum Kereta, Selasa (17/10/2017). (Ujang Hasanudin)

Ratuan warga berebut air bekas cucian kereta di Kompleks Museum Kereta Kraton

Harianjogja.com, JOGJA -Ratuan warga berebut air bekas cucian kereta di Kompleks Museum Kereta Kraton, Selasa (17/10/2017). Dua kereta yang dijamasi atau dicuci tersebut adalah Kanjeng Nyai Jimat dan Kyai Manik Retno.

Advertisement

Kereta Kenjeng Nyai Jimat merupakan kendaraan resmi Hamengku Buwono I. Sementara Kyai Manik Retno adalah kendaraan yang digunakan HB IV dan V, kereta itu dibuat di Belanda pada 1815 silam.

Prosesi jamasan yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dipadati ratusan warga dari berbagai daerah. Mereka sengaja datang untuk menyaksikan jamasan dan mengambil airnya yang dianggap dapat membawa berkah. “Buat cuci muka dan mandi,” kata Yuniarti, 57, warga Godewan Sleman.

Yuniarti mengaku datang bersama anaknya satu jam sebelum prosesi jamasan dimulai. Malam harinya dia bersama anaknya juga ikut selamatan di museum yang sama hingga dini hari. Ia merasa selain dapat menyehatkan, air bekas jamasan kereta juga dapat digunakan untuk mempermudah rezeki.

Advertisement

Senada juga diungkapkan Wahyu Mintarsi, 59. Warga Tebet Jakarta Selatan ini jauh-jauh datang ke Jogja hanya untuk mencari air bekas cucian kereta. Pengusaha warung makan ini sejak beberpa hari terakhir sepi dan menduga diriny diguna-guna. “Ada saran dari saudara saya untuk kesini,” ucapnya.

Ia bersama anak keempatnya mengambil dua dirigen dan tiga botol ukuran besar. Rencananya air tersebut buat disiram di warungnya. Sebagian lainnya untuk diminum.

Prosesi jamasan kereta berlangsung sekitar 1,5 jam. Jamasan ini di bagi dua dua tempat. Untuk Nyai Jumat dicuci di samping museum. Sementara Kyai Manik Roro di bagian depan museum. Namun hanya air bekas cucian Nyai Jimat yang diperebutkan.

Advertisement

Prosesi ini juga dihadiri Gusti Kenjeng Ratu Hayu. Ia mengatakan jamasan kereta merupakan tradisi tahunan. Acara itu merupakan hajatan dalem. Karena itu Hayu semat meminta masyarakat untuk tidak terlalu mendekat ke area sekitar jamasan.

“Ini upacara penting, bukan masalah ketat atau tidaknya. Ini kan salah satu kereta yang paling tua, kalau kenopo-kenopo kepie,” kata Hayu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif