Jogja
Rabu, 5 Juli 2023 - 20:10 WIB

Warga Gunungkidul yang Meninggal Sebelumnya Santap Bangkai Sapi Positif Antraks

Triyo Handoko  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Penyakit antraks menyebar di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan satu orang warga setempat meninggal dunia setelah terpapar antraks.

Kasus kematian warga yang meninggal terpapar antraks ini terungkap setelah menjalani perawatan medis di RSUP dr. Sardjito. Selain satu warga meninggal berstatus positif antraks, ada dua warga di Padukuhan Jati yang juga meninggal dengan status suspek antraks.

Advertisement

Kepala Dusun Jati, Yulianus Sugeng Ariyanto, mengatakan Sugeng bercerita sebelumnya pada Mei 2023 ada empat ekor sapi mati mendadak di Padukuhan Jati.

Dia menyampaikan satu warga positif antraks yang meninggal merupakan seorang kakek-kakek berusia 73 tahun. Kakek-kakek tersebut sebelumnya mengonsumsi daging bangkai sapi yang terjangkit antraks pada pertengahan Mei.

Advertisement

Dia menyampaikan satu warga positif antraks yang meninggal merupakan seorang kakek-kakek berusia 73 tahun. Kakek-kakek tersebut sebelumnya mengonsumsi daging bangkai sapi yang terjangkit antraks pada pertengahan Mei.

Pada tanggal 26 Mei 2023, lanjut Sugeng, warga tersebut mengeluh sakit. Pada 1 Juni 2023, warga tersebut dibawa ke Rumah Sakit Panti Rahayu.

“Saat dirawat di RS Panti Rahayu, disebut ada indikasi antraks. Kemudian korban langsung dibawa ke RSUP dr. Sardjito,” kata dia, Rabu (5/7/2023).

Advertisement

“Pada 5 Juni itu dinas-dinas datang [Padukuhan Jati]. Petugas ada yang menabur formalin di sekitar sapi yang mati. Pengecekan darah dilakukan pada 13 Juni,” jelasnya.

Sugeng menuturkan untuk dua warganya yang meninggal pada Mei 2023 oleh rumah sakit dikatakan bukan karena antraks. Meski demikian, salah satu warga yang meninggal itu sebelumnya mengonsumsi daging sapi terjangkit antraks.

“Sedangkan satu warga lainnya yang meninggal itu tidak mengonsumsi [daging sapi positif antraks], tetapi warga itu tinggalnya berdekatan dengan lokasi sapi yang mati,” kata dia.

Advertisement

Dia menyampaikan tidak mengetahui empat ekor sapi yang mati mendadak itu apakah terjangkit antraks atau tidak.

“Kami belum tahu hasil pengecekan sapi yang mati mendadak itu, hasil cek darah saja kami belum tahu ada berapa yang positif dan siapa saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menyebut petugas Puskesmas Semanu rutin mengunjungi warganya untuk melakukan pengecekan kesehatan. Setelah pengecekan darah itu, petugas memberikan obat kepada warga.

Advertisement

“Tetapi akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi pemeriksaan. Saya telepon ke puskesmas menanyakan hasil cek darah juga belum ada. Besok katanya mereka akan ke sini lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Lurah Candirejo, Renik David Warisman, mengaku tidak mengetahui awal mula sapi di wilayahnya terjangkit antraks.

“Kejadiannya sudah cukup lama, sebelum Iduladha, jadi kurang begitu paham bagaimana kronologinya,” kata dia.

Renik baru mengetahui  ada kasus antraks yang menjangkit warganya saat Dinkes Gunungkidul melakukan pengecekan darah ke warganya.

“Akan kami dampingi terus secara optimal, ini juga jadi bahan pembelajaran agar tidak mengkonsumsi sapi yang sudah meninggal,” ujar dia.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Kronologi 3 Warga Semanu Meninggal Dunia karena Antraks, Berawal dari 4 Sapi Mati Mendadak

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif