SOLOPOS.COM - Peserta kirab sedang membawa pusaka Kyai Landoh, mengeliling Dusun Jatirejo, Desa Jatirejo, Rabu (18/10/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Warga Dusun Jatirejo, Desa Jatirejo kembali menghidupkan tradisi jamasan dan kirab budaya pusaka Kyai Landoh atau Syeikh Jangkung

 

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Harianjogja.com, KULONPROGO- Warga Dusun Jatirejo, Desa Jatirejo kembali menghidupkan tradisi jamasan dan kirab budaya pusaka Kyai Landoh atau Syeikh Jangkung.

Acara tersebut diselenggarakan digelar di kompleks Makam Lendah, yang didalamnya terdapat makam Syeh Jangkung atau Kyai Landoh, Rabu (18/10/2017).

Acara jamasan digelar pada pagi hari, dengan agenda jamasan pusaka Kyai Landoh berupa kudi rancam dan batok bolu, oleh sang juru kunci makam. Kedua pusaka tersebut, dibasuh dengan air bunga-bungaan, diberi minyak, dan dikeringkan.

Sementara itu, kirab dilakukan pada siang harinya, dengan cara kedua pusaka tadi, ditambah musaf Al Qur’an buatan tangan Kyai Landoh dikirab mengelilingi kampung, dengan jarak sekitar tiga kilometer.

Ketua 2 Pokdarwis Sekartaji Situs Makam Kyai Landoh, Bambang Santoso menjelaskan, Kyai Landoh merupakan leluhur yang dipercaya masyarakat sebagai tokoh cikal bakal keberadaan Lendah. Kyai Landoh diketahui sebagai orang yang turut menyebarkan agama Islam di Kulonprogo, khususnya Lendah.

Sebelumnya, tradisi jamasan dan kirab pernah digelar pada sekitar 1972, saat itu di wilayah setempat terjadi wabah penyakit dan paceklik. Namun setelah diadakan kirab, kondisi warga menjadi membaik. Selanjutnya, 1981 tradisi ini masih digelar, baru setelah lewat masa tersebut, jamasan dan kirab tidak lagi dilakukan.

“Kami ingin menghidupkan kembali tradisi yang dulu pernah ada, termasuk juga nyadran. Rencananya tradisi ini akan kami gelar tiap tahunnya,” terangnya, Rabu.

Juru Kunci Makam Kyai Landoh, Surakso Dwi Susanto menjelaskan, ketiga benda tersebut merupakan pusaka milik Kyai Landoh yang dijaga warga Jatirejo hingga saat ini. Pusaka itu pernah hilang pada 1987, tapi kemudian muncul lagi, namun tidak diketahui siapa yang mengembalikannya.

Pusaka itu juga disebut-sebut pernah membuat tentara Belanda bingung, waktu akan memasuki wilayah Lendah pada masa Agresi Belanda tahun 1949.

Sekretaris Kawedanan Hageng Panitrapura Kraton Kasultanan Yogyakarta, KRT Gondo Hadiningrat, menyambut positif digelarnya acara adat tersebut. Acara itu juga dinilai selaras dengan agenda dari Kraton Jogja.

Lelaki yang juga Ketua Paguyuban Abdi Dalem Kraton ini menambahkan, pihaknya sedang mencari dokumen mengenai Syeikh jangkung atau Kyai Landoh di kraton, untuk mendukung cerita turun temurun yang ada dengan dokumentasi.

“Kraton juga menginventarisir situs-situs bersejarah, termasuk yang di luar Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti di Borobudur. Kalau ini [makam Kyai Landoh], sudah jelas masuk kaitannya dengan kraton, juru kuncinya juga abdi dalem,” kata dia.

Salah satu warga setempat, Untari menerangkan, dirinya mendukung usaha yang dilakukan pihak Pokdarwis menghidupkan kembali tradisi jamasan dan kirab pusaka. Dengan begitu, ia menjadi memahami tradisi dan mengetahui sejarah keberadaan Lendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya