SOLOPOS.COM - Ilustrasi kopi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, JOGJA-Sejumlah perwakilan komunitas warga di Kota Jogja menyampaikan kritikan dan mempertanyakan berbagai kebijakan Pemerintah Kota Jogja melalui kegiatan “coffe morning” di komplek Balai Kota Jogja, Selasa (1/10/2013).

Salah satunya adalah kebijakan penataan tiga sungai besar yang mengalir di Kota Jogja yaitu Code, Winongo dan Gajah Wong.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kami sebagai komunitas yang mengawali berbagai kegiatan pemeliharaan sungai merasa tidak dilibatkan sama sekali dalam berbagai kegiatan pemerintah. Seperti penetapan penjaga sungai atau Ulu-ulu,” kata Sekretaris Pemerti Code Haris Syarif Usman.

Selain Ulu-ulu yang dipilih dari warga di luar bantaran sungai, lanjut dia, pemerintah juga tidak melibatkan komunitas dalam kegiatan Festival Code yang digelar pekan lalu.

“Kegiatan festival selalu digelar di sisi selatan sungai dan jarang sekali melibatkan warga di sisi utara,” katanya.

Sedangkan Forum Komunikasi Winongo Asri dan Forum Silaturahmi Daerah Aliran Sungai Gajah Wong mempertanyakan pembuatan talud.

Selain penataan sungai, dalam forum diskusi yang langsung dipimpin oleh Wakil Wali Kota Jogja Imam Priyono tersebut juga mengemuka berbagai masalah lain seperti kondisi pasar seni dan kerajinan XT-Square yang hingga kini masih sepi dari pengunjung dan upaya penataan pasar tradisional.

Dalam forum tersebut juga sempat terlontar pertanyaan mengenai tidak harmonisnya hubungan antara pemerintah dangan DPRD Kota Jogja sehingga mengakibatkan terhambatnya pembahasan peraturan daerah.

Imam yang langsung menanggapi berbagai permasalahan tersebut menyatakan bahwa kegiatan yang baru digelar untuk pertama kalinya tersebut sangat bermanfaat guna menjaring aspirasi dari masyarakat.

“Masukan dari masyarakat ini sangat penting terutama saat penyusunan anggaran,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, masyarakat akan mengerti arah dan berbagai program pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah.

Mengenai tidak harmonisnya hubungan pemerintah kota dengan lembaga legislatif setempat, Imam menyatakan bahwa kondisi tersebut merupakan bagian dinamika demokrasi.

“Asalkan tujuannya sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka perbedaan pendapat itu wajar saja dalam alam demokrasi. Jika tidak ada perbedaan pendapat, akan aneh,” katanya.

Kegiatan “coffe morning” digelar oleh Pemerintah Kota Jogja sebagai upaya membuka keran komunikasi yang selebar-lebarnya kepada masyarakat. Rencananya, kegiatan itu akan dilakukan rutin tiap satu bulan sekali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya