Jogja
Jumat, 23 November 2012 - 16:40 WIB

Warga Kalirejo, Kokap Terancam Limbah Mercuri

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com)

GUNUNGKIDUL—-Beralasan kekurangan dana, Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kulonprogo enggan mengawasi kerusakan lingkungan di areal penambangan emas di Desa Kalirejo dan Hargorejo, Kokap. Padahal sudah ada warga yang tercemar limbah mercuri.

Advertisement

Kepala KLH Kulonprogo Hery Purnomo mengatakan, pengawasan terhadap penambangan emas oleh warga di wilayah Kokap tidak dilakukan sejak lama. Terakhir kali pengawasan dilakukan 2005 silam dan dilakukan. Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY.

Ia menjelaskan, saat melakukan pengkajian dan pengujian sampel kuku dan rambut warga, ditemukan limbah mercuri pada sampel-sampel tersebut. Dalam jangka waktu lama, tentu saja menyebabkan berbagai penyakit seperti minamata.

“Karena keterbatasan anggaran jadi kami memang tidak mengawasi penambangan di Kokap. Lagi pula, penambangan itu kan tidak berizin jadi harusnya masuk ranah yustisi untuk melakukan penertiban,” kata Hery, Jumat (23/11/2012).

Advertisement

Dia mengatakan, sesuai kemampuan anggaran KLH hanya mengawasi lima titik dalam standar pelayanan minimal (SPM). Yakni di pabrik PT Sung Chang, RSUD Wates, RS Boro Kalibawang, Amarta Karya dan Batik Faras.

Pengawasan SPM meliputi empat hal yakni, pengendalian pencemaran air dari industri, informasi kerusakan lahan akibat produksi biomasa, udara, serta penanganan kasus lingkungan. “Informasi kerusakan lahan kami hanya punya petanya saja,” terangnya.

Tidak adanya pengawasan limbah penambangan emas cukup mengherankan karena di lokasi itu akan dilegalisasi menjadi wilayah penambangan rakyat. Saat ini, rencana memasuki tahap konsultasi dengan Kementerian ESDM.

Advertisement

Terpisah, Sekertaris Desa (Sekdes) Kalirejo Jemingin mengatakan, efek negatif limbah mercuri dari penambangan di daerahnya cukup besar. Menurutnya, keuntungan yang diperoleh dari penambangan itu tidak sebanding dengan efek negatif yang dihasilkan.

Dia mencontohkan, mercuri dari limbah tambang sudah mencemari sungai. Sumur yang berada di sekitar sungai tidak luput dari pencemaran ini. “Padahal warga memanfaatkan air sumur untuk keperluan sehari-hari,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif