Jogja
Kamis, 9 Januari 2014 - 11:41 WIB

Warga Pertanyakan Pendapatan Obyek Wisata Sri Gethuk

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Air terjun Sri Gethuk (JIBI/Harian Jogja/Zahirul Alwan)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sejumlah warga Desa Bleberan, Kecamatan Playen mengaku tidak merasakan dampak dari keramaian objek wisata air terjun Sri Gethuk sejak awal 2012 lalu itu. Mereka menilai pendapatan Sri Gethuk hanya dinikmati sekelompok orang.

Kepala Dusun Sawahan Suhardi mengaku kecewa dengan pengelolaan Sri Gethuk. Warga di dusunnya tidak bisa ikut mengelola dengan alasan sudah terlalu banyak pemandu wisata. Lebih kecewa lagi karena ia tidak bisa mengakses informasi pendapatan Sri Gethuk.

Advertisement

Diakui Suhardi, Sri Gethuk yang pengelolaannya masuk dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bleberan tidak pernah ada laporan rutih tahunan. “Kami hanya mendapatkan laporan sementara pendapatan pada 2012 lalu yang mencapai lebih dari Rp1 miliar,” kata dia, Rabu (8/1/2014).

Menurut Suhardi, di Bleberan ada 11 dusun tetapi yang mengelola hanya warga Dusun Menggoran Satu dan Menggoran Dua. Setiap dusun pernah diberikan uang Rp3 juta pada di pertengahan 2013 lalu.

Bagi Suhardi, bukan persoalan uang tiga juta melainkan bagaimana pengelolaan Sri Gethuk bisa mengangkat semua warga di Bleberan. “Dan laporan keuangan bisa disampaikan ke masyarakat,” tukasnya.

Advertisement

Warga Dusun Srikoyo, Paryadi, mengaku belum mendapat efek dari ramainya lalu lalang wisatawan ke Sri Gethuk. Ia berharap pemerintah desa bisa lebih mengatur pengelolaan dan melaporkannya kepada masyarakat.

Pejabat Sementara Kepala Desa Bleberan Hartono enggan berkomentar karena baru peralihan kepemimpinan dari Kepala Desa Bleberan, Tri Harjono, yang mengundurkan diri karena ikut pilihan calon legislator.

Pengelola Sri Gethuk, Harno, mengakui keramaian Sri Gethuk menimbulkan kecemburuan sosial di antara masyarakat. Diakui dia, tidak mungkin semua masyarakat Bleberan dilibatkan dalam pengelolaan karena sekarang terlalu banyak, ada sekitar 100 tenaga pengelola.

Advertisement

Harno mengaku sudah sering melaporkan pendapatan dan pengeluaran ke BUMDes tetapi belum tertata rapi sehingga laporan tidak sampai kepada semua masyarakat.

Menurut dia, pendapatan Sri Gethuk pada 2012 lalu sebesar Rp1 miliar lebih dan tahun lalu juga dikisaran Rp1 miliar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif