SOLOPOS.COM - Alat berat dikerahkan membongkar rumah warga yang terkena proyek bandara di Dusun Kepek, Desa Glagah, Senin (4/12/2017).(Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

PT Angkasa Pura tetap kosongkan lahan NYIA.

Harianjogja.com, KULONPROGO— Pada Senin (4/12/2017) PT Angkasa Pura (AP) I mengerahkan alat berat membongkar rumah warga yang terkena proyek pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA). Warga masih menunjukkan penolakannya terhadap pembangunan bandara baru.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Penolakan warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulonprogo (PWPP-KP) masih terus berlanjut. Pada Senin, sekitar enam unit alat berat dikerahkan untuk merobohkan 38 rumah di lahan calon bandara baru yang sudah mengantongi Izin Penetapan Lingkungan (IPL) di Desa Glagah dan Palihan Kecaatan Temon.

Semula ada 42 rumah yang harus dikosongkan oleh PT Angkasa Pura I. Namun demikian ada 14 di antaranya yang sudah dikosongkan secara mandiri oleh pemiliknya, sehingga tinggal dilakukan pembongkaran. Rumah yang telah dikosongkan itu menjadi prioritas pembongkaran.

Salah satu warga yang masih menolak pembangunan NYIA, Ponirah mengatakan, ia dan suaminya akan tetap bertahan di rumahnya tersebut. Sedangkan saat ini, tiga orang anaknya sedang dititipkan ke rumah kerabatnya, agar bisa konsentrasi menghadapi ujian. Ia enggan meninggalkan rumah, karena ia dan suaminya telah bekerja keras membangun rumah tersebut dari nol.

“Apapun alasannya, saya akan tetap di sini. Saya pertahankan bumi Glagah sampai akhir hayat, harapan saya saya mau di sini,” kata dia, di halaman rumahnya, di Dusun Kepek, Desa Glagah, Senin.

Sementara itu, warga penolak dari Desa Palihan, Sofyan menyatakan, ia akan tetap bertahan dan mendesak PT AP I agar menghentikan pengosongan paksa rumah warga.

Keberadaan bandara menurutnya hanya mengganggu aktivitas pertanian warga. Menurut dia, warga tidak membutuhkan NYIA, karena yang nantinya mengambil keuntungan hanyalah masyarakat dari kalangan menengah ke atas, tidak demikian dengan para petani.

Baca juga : BANDARA KULONPROGO : Angkasa Pura Ancam Robohkan Rumah Warga 4 Desember

Warga lain yang juga terdampak NYIA, Agus Widodo mengatakan, alasan mendasar penolakan proyek NYIA adalah karena warga sudah sejahtera dengan bertani. Mereka bisa memperoleh penghasilan puluhan juta saat panen. Ia berharap PT AP I bisa menghentikan penggusuran rumah-rumah warga. Karena selama ini warga tidak pernah melepaskan aset tanah, bangunan atau apapun kepada PT AP I. Mereka juga sama sekali tidak mau mengikuti semua program AP I terkait pembebasan tanah. Termasuk soal konsinyasi yang dititipkan di Pengadilan Negeri Wates.

“Itu urusan mereka, kami tidak mengambil, kami tidak mengurus, itu urusan AP,” ujarnya.

Manajer Proyek Pembangunan NYIA PT AP I, R Sujiastono mengungkapkan pembangunan NYIA tetap berjalan. Pembongkaran rumah dilakukan pada bangunan yang telah dikosongkan pemilik.Pada dasarnya, bangunan maupun tanaman yang dirobohkan, telah mendapat putusan konsinyasi dan pelepasan hak milik. Agenda tersebut merupakan bagian dari tahapan pembersihan lahan (land clearing) menjelang pembangunan fisik NYIA.

Baca juga : Sultan Berharap Warga Terdampak Bandara Kulonprogo Pindah Sukarela

PT AP I akan tetap menunggu warga mau berubah pikiran dan segera mengosongkan rumah mereka. Karena apabila tidak segera meninggalkan rumah, mereka akan mengalami banyak kesulitan. Misalnya udara panas karena pepohonan sudah ditebang, tidak ada listrik dan tidak ada lagi tetangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya