Jogja
Minggu, 19 Oktober 2014 - 00:15 WIB

Warga Sleman Diminta Lestarikan Pentungan sebagai Pengirim Pesan Darurat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga membuat kentungan (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN—Bunyi kentungan yang dipukul bisa dimaknai berbeda-beda. Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu saat membuka lomba kentungan di Lapangan Kridomulyo, Desa Agromulyo, Kecamatan Cangkringan, Kamis (16/10/2014).

Yuni berharap, masyarakat terus menjaga dan melestarikan kentungan sebagai alat komunikasi tradisional. “Kentungan ini hebat karena masyarakat bisa menyampaikan berbagai informasi cepat kepala orang lain dengan kode suara kentungan tertentu,” kata Yuni, Jumat (17/10/2014).

Advertisement

Kentungan selama ini sudah akrab di kalangan masyarakat, bahkan jauh sebelum ada pengeras suara yang canggih. “Sekarang pun masyarakat masih bisa memanfaatkannya. Misalnya bila terjadi bencana atau kematian,” papar Yuni.

Yuni mengungkapkan, pada Kamis siang juga sempat dilakukan simulasi bencana erupsi merapi. Dalam simulasi tersebut, masyarakat mengandalkan kentungan sebagai penyampai pesan bahaya erupsi.

“Tentu kita semua tidak menginginkan bencana. Namun, simulasi kemarin bisa jadi latihan dan persiapan apabila bencana seperti empat tahun lalu terjadi lagi,” kata Yuni.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Desa Argomulyo, Darjono mengatakan, simulasi bencana dan lomba kentungan merupakan bagian dari Safari Layar Tancap Merapi (Salat Merapi).

“Salat Merapi ini untuk mengenang erupsi Merapi 2010. Simulasi dan lomba kentungan dilakukan sebagai antisipasi bisa terjadi bencana serupa di masa mendatang,” kata Darjono, Jumat.

Menurut Darjono, pihaknya ingin mengingatkan fungsi kentungan sebagai alat komunikasi efektif dan mudah dipahami masyarakat. “Ke depannya, lomba kentungan akan kami gelar lagi, tentu dengan kriteria dan persyaratan yang lebih baik,” papar Darjono.

Advertisement

Lomba kentungan diikuti tujuh tim perwakilan dusun di bantaran Kali Gendol. Diantaranya dari Dusun Guling, Bronggang, Jetis, Karanglo, Jaranan, dan Brongkol. “Karena bunyi kentungan memiliki kode khusus, peserta dites tentang tata cara membunyikan kentungan untuk beberapa kejadian,” kata Darjono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif