SOLOPOS.COM - ilustrasi pembebasan lahan untuk ruas jalan tol. (dok. Solopos)

Solopos.com, SLEMAN — Warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang rumahnya berada di dekat proyek pengerjaan kontruksi jalan tol Jogja-Bawen mengeluh. Warga mengeluh proyek pembangunan jalan tol itu membuat rumah mereka rusak hingga debu yang bertebangan mengganggu pernapasan.

Seperti diketahui, pengerjaan konstruksi jalan tol Jogja-Bawen sudah dilaksanakan setahun terakhir di beberapa titik. Dampak dari pembangunan itu pun mulai dirasakan warga.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Seorang warga di Pundong 3, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Pekik, mengatakan salah satu dampak yang dirasakan dari pengerjaaan konstruksi jalan tol Jogja-Bawen ini adalah getaran. Bahkan getaran dari proyek itu samapi membuat rumahnya rusak.

“Getarana bikin bangunan jadi retak-retak. Terus debu itu kan juga mempengaruhi kesehatan,” kata dia, Jumat (13/1/2023).

Saat hujan turun, kata dia, biasanya air yang sudah tercemar tanah urug akan mengalir ke lingkungan warga sehingga menyebabkan air sumur menjadi keruh. Hal ini menurutnya disebabkan tanah urug dalam pembangunan tol diambil dari gunung sehingga jika diguyur air hujan menjadi seperti lempung dan mencari lingkungan.

“Kalau kena hujan itu airnya keruh sekali, warnanya jadi kecokelatan. Dampak seperti itu yang dirasakan warga. sampai sumur pun ada yang ga bisa dipakai karena kena itu. Karena sumurnya kan ada yang memang di luar,” kata dia.

Pihak tol menurutnya pernah menjanjikan akan memberi kompensasi kepada warga yang terdampak dari pengerjaan konstruksi ini. Namun, sampai saat ini kompensasi tersebut belum terrealisasi dan belum ada informasi lagi terkait kompensasi tersebut.

“Iya [dijanjikan kompensasi], pernah didata juga. Sudah didata kok ga ada kejelasan. Katanya kok mundur lagi gitu. Di lingkungan tol ini kan didata, dengan jarak 50 meter dari pembangunan, warganya siapa saja, itu sudah didata semua di Tirtoadi,” ungkapnya.

Dampak pembangunan tol juga dirasakan warga Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel. Salah satu warga, Denny Tidar Jannu, mengatakan konstruksi tol yang berlokasi dekat dengan tempat usahanya berjualan akuarium, menimbulkan debu sepanjang hari.

Bahkan di malam hari, kata dia, pengerjaan tol yang masih berlanjut menimbulkan kebisingan yang mengganggu warga.

Dia menceritakan dampak getaran dari pembangunan konstruksi tol juga sampai membuat salah satu akuariumnya pecah.

“Kalau malam waktu pengeboran itu berisiknya minta ampun. Lalu debunya bikin dagangan saya banyak yang berdebu jadi saya harus ngebersihin dagangan saya, blum lagi kan saya jualan akuarium, dampak dari getaran truk besar-besar lewat itu sempat ada akuarium palud yang pecah,” ungkapnya.

Saking berdebunya, ia juga harus mengeluarkan pompa air untuk menyirami jalan di depan tempat usahanya. Penyiraman ini tidak cukup sekali, karena tidak sampai satu jam setelah disiram jalanan akan kembali berdebu.

Karena cukup merugikan, ia berharap berbagai dampak negatif dari pengerjaan konstruksi tol ini dapat ditanggulangi pihak yang berwenang.

“Kami pengusaha kecil di sekelilingnya sangat merasakan dampak buruk,” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Warga Keluhkan Debu hingga Sumur Keruh akibat Konstruksi Tol

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya