Jogja
Rabu, 26 Juli 2023 - 16:50 WIB

Warga Tolak Penampungan Sampah Sementara di Cangkringan, Ini Alasannya

Catur Dwi Janati  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah spanduk nampak bertengger di pintu masuk jalan menuju lokasi calon TPSS di Karanggeneng yang menyatakan penolakan adanya TPSS di sana pada Rabu (26/7/2023). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati

Solopos.com, SLEMAN — Lokasi tempat penampungan sampah sementara (TPSS) yang rencananya dibangun di Padukuhan Karanggeneng, Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditolak warga. Mereka menolak pembangunan TPSS itu karena khawatir atas dampak buruk yang ditimbulkan.

Pemerintah sebelumnya memilik lahan di Karanggeneng untuk dijadikan TPSS setelah TPA Piyungan ditutup selama 45 hari sejak 23 Juli lalu.

Advertisement

Warga Karanggeneng menolak adanya pembangunan TPSS itu karena sebagian dari mereka bekerja di sektor pariwisata. Mereka khawatir keberadaan TPSS itu akan berdampak buruk pada aktivitas wisata yang berkembang di Karanggeneng.

Terlihat sejumlah spanduk tampak terpasang di pintu masuk jalan menuju lokasi calon TPSS di Karanggeneng. Spanduk tersebut bertuliskan beragam pesan, tetapi intinya mereka menolak pembangunan TPSS di Karanggeneng.

Advertisement

Terlihat sejumlah spanduk tampak terpasang di pintu masuk jalan menuju lokasi calon TPSS di Karanggeneng. Spanduk tersebut bertuliskan beragam pesan, tetapi intinya mereka menolak pembangunan TPSS di Karanggeneng.

Salah satu warga Padukuhan Karanggeneng, Naryono, mengatakan masyarakat menolak keberadaan TPSS di Karanggeneng. Penolakan warga ini telah disampaikan dalam sosialisasi pembangunan TPSS yang digelar pada Selasa (25/7/2023).

“Kemarin kita sudah diadakan sosialisasi, dari pihak-pihak terkait, dari pemerintah desa, dari pemerintah kabupaten berkaitan dengan TPSS. Untuk masyarakat memang dalam pertemuan itu dalam sosialisasi mayoritas menyatakan tidak setuju,” terangnya pada Rabu (26/7/2023) saat kerja bakti pembukaan basecamp jip.

Advertisement

“Mungkin dari udaranya, mungkin dari binatang lalatnya yang di situ, tentunya ketakutan kami akan mengganggu aktivitas ekonomi, aktivitas masyarakat, kesehatan,” ungkapnya.

Calon lokasi TPSS Cangkringan pengganti sementara TPA Piyungan, hanya berjarak 200 meter dari pemukiman warga. Sementara warga juga tidak tahu secara rinci luas dampak dari aktivitas sampah ini bisa sampai berapa meter atau bahkan berapa kilometer dari lokasi TPSS.

“Itu tuh dampaknya berapa meter, berapa kilo ini yang kami enggak tahu, yang jelas yang terdekat [rumah warga] adalah 200 meter,” ungkapnya.

Advertisement

Naryono yang juga Ketua Pokdarwis Umbulharjo mengatakan ada sekitar 30% warga Karanggeneng yang hidupnya bertumpu pada sektor wisata. Sementara aktivitas penitipan sampah di Cangkringan ini dikhawatirkan akan berdampak pada sektor pariwisata.

“Dampak sampah ini kan tidak hanya kami di Karanggeneng, bisa nanti yang dilewati, apalagi dekat Pentingsari di situ desa wisata yang sudah internasional,” ujarnya.

Padahal, Karanggeneng diproyeksikan sebagai Kampung Wisata Edukasi Permainan Anak. Nantinya kawasan tersebut kemungkinan akan dikembangkan dengan Kampung Cahaya. Di sana juga ada keberadaan Pasar Majapahit yang sempat berhenti karena pandemi juga nantinya akan dikembangkan berbagai dolanan anak.

Advertisement

“Untuk Pasar Majapahit ini sebelahnya. Ini kan kemarin baru dibersihkan karena itu sudah lama berhenti, kan lapak-lapaknya udah lapuk,  dikonsep lagi terus ditata ulang,” lanjutnya.

Sementara akses ke lokasi bakal TPSS saat ini hanya satu yang juga digunakan untuk akses warga. Di mana tepat di mulut gang digunakan untuk basecamp jip wisata, tak jauh dari situ tempat Pasar Majapahit berdiri baru setelahnya arah menuju bakal calon TPSS. Tentunya aktivitas pengangkutan sampah akan melewati jalur yang sama dengan aktivitas wisata yang diproyeksikan warga.

“Apabila ini sudah menjadi kebijakan pemerintah, apalagi ini untuk penanggulangan kedaruratan, ini ya kami masyarakat enggak bisa suara apa-apa,” tambahnya.

Menurut Naryono jangan sampai mencari solusi dari suatu masalah tapi justru menimbulkan masalah baru.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman, Epiphana Kristiyani tak menampik bila seluruh warga dalam sosialisasi menolak keberadaan TPSS di Karanggeneng. Penolakan tersebut didasari aktivitas TPSS yang berbenturan dengan aktivitas pariwisata di sana.

“Semua warga tolak, iya [semua warga menolak], warga Umbulharjo. Mungkin benturannya dengan wisata ya mereka khawatir to kalau njuk wisatane berkembang, ada wisata kuliner ada apa tahu-tahu digunakan sebagai titipan [sampah],” ungkapnya.

Beberapa masyarakat yang bergelut di usaha kuliner takut tidak laku karena terkena image makanannya berasal dari lokasi dekat TPSS yang menjadi tempat sementara sampah TPA Piyungan.

“Sebagain besar karena berkaitan dengan kegiatan mereka ada yang punya restoran, ada yang usaha makanan kecil, lalu mereka takut imagenya kalau engga laku, masak ini katering, kateringnya dari ini, itu kan tempat penitipan sampah, mesti bau sampah. Takutnya benturannya dengan wisata,” tambahnya.

Menanggapi penolakan ini, Epi tengah berupaya mencari lokasi lain yang memungkinkan dijadikan tempat penitipan sampah sementara TPA Piyungan. “Kita sekarang berupaya tempat lain yang bisa kita titipi,” terangnya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Tolak Jadi Tempat Pembuangan Sampah TPA Piyungan, Warga Karanggeneng Pasang Sejumlah Spanduk

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif