SOLOPOS.COM - Jentik nyamuk malaria. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Monitoring paling tidak seminggu sekali, karena dalam waktu seminggu telur nyamuk akan menetas dan terus berkembang menjadi nyamuk dewasa

Harianjogja.com, SLEMAN-Tim Pokjanal Kabupaten Sleman pada Jumat (13/10/2017) melakukan monitoring Jentik di padukuhan Kasuran Margomulyo Seyegan. Hasilnya angka bebas jentik masih 88,6% dan dianyatakan belum aman.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Monitoring dipimpin Kepala Seksi Survailans dan Imunisasi Bidang Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mujiyana. Monitoring dilakukan di Dusun Kasuiran yang terdiri 7 RT dengan sampel masing-masing RT 10 KK. Dari 70 rumah/KK
yang dikunjungi ,rumah yang positif ada jentiknya 6 KK hingga Angka Bebas Jentiknya hanya 88,6 % dan itu belum aman.

ABJ yang aman adalah 95 % sehingga masyarakat khususnya Dusun Kasuran harus lebih aktif lagi dalam melalukan monitoring jentik di setiap rumah. “Yang juga harus diperhatikan adalah tempat-tempat diluar rumah seperti bekas botol, kaleng, ban dan tunggak bambu yang ada airnya berpotensi ada jentik nyamuknya,” ujar Mujiyanan, Jumat (13/10/2017).

Selain itu, monitoring jentik jangan hanya sebulan sekali, tetapi paling tidak seminggu sekali, karena dalam waktu seminggu telur nyamuk akan menetas dan terus berkembang menjadi nyamuk dewasa. Hal tersebut dilakukan agar perkembangan nyamuk akan terputus.

Disampaikan pula bahwa kasus demam berdarah di Kecamatan Seyegan ada sembilan endemik nyamuk. Meskipun tidak ada korban, tetapi masyarakat harus selalu waspada dengan meningkatkan Pemantau Jentik Berkala (PJB). Sementara itu, tujuan monitoring
jentik itu sendiri untuk memotivasi masyarakat agar selalu sadar akan bahayanya demam berdarah dengan selalu melakukan PJB secara rutin.

Gerakan jentik berkala jangan hanya melihat saja, tapi harus mencari solusi agar ABJ bisa terwujud. Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) bisa bekerja sama dengan anak-anaknya untuk ikut aktif mengikuti monitoring. Dan akan lebih baik bila satu keluarga terbentuk satu Jumantik untuk memonitor keluarganya sendiri-sendiri.

Kalau ternyata Angka Bebas Jentik belum terwujud, maka masyarakat bisa melakukan gerakan Sapu Bersih. Gerakan ini dilakukan dengan cara gotong royong yang melibatkan semua unsur masyarakat dengan peralatan yang lengkap, misalnya tempat-tempat yang
rawan untuk berkembangnya nyamuk dibersihkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya