SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Waspada antraks dapat dimulai dari pengawasan ternak setempat

Harianjogja.com, KULONPROGO — Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kulonprogo melakukan inventarisasi terhadap jumlah ternak yang di sekitar lokasi penemuan dugaan kasus antraks, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo. Seluruh ternak bakal mendapatkan vaksinasi sebagai langkah antisipasi.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Kepala DPP Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, Pemkab Kulonprogo telah mengambil beberapa tindakan untuk mengatasi dan mengantisipasi penyebaran penyakit antraks yang gejalanya muncul di Purwosari.

Baca Juga : WASPADA ANTRAKS : Perlu Mitigasi Ternak di Kawasan Terduga Antraks

“Kita sudah melakukan kegiatan desinfeksi atau penyemprotan di wilayah kasus dan sekitarnya pada 16 Januari kemarin. Lalu ada upaya pengendalian dengan pemberian pengobatan atau antibiotok ke ternak,” kata Bambang, Sabtu (21/1/2017).

Bambang memaparkan, saat ini timnya tengah fokus melakukan inventarisasi ternak di wilayah Dusun Ngaglik, Ngroto, dan Penggung. Ternak di Wonosari sebagai dusun terdekat juga ikut didata dan mendapatkan desinfeksi. Inventarisasi tersebut diikuti dengan pemberian antibiotik untuk mengantisipasi penyebaran bakteri pada ternak. Inventarisasi juga dilakukan sebagai persiapan vaksinasi kepada ternak yang ada.

Wilayah Purwosari masih dipantau secara intensif paska Pemkab Kulonprogo menerima laporan adanya belasan warga yang diduga tertular antraks beberapa waktu lalu. Bambang mengungkapkan, hingga saat ini sudah terdata 18 ekor ternak yang mengalami sakit dengan gejalanya mengarah pada dugaan antraks. Ternak itu terdiri dari seekor sapi dan 17 kambing. Sebanyak tiga kasus diantaranya ditemukan pada Januari ini.

“Tiga yang di Januari ini coba kita ambil sampelnya. Dua negatif [antraks] dan yang satu masih proses,” ujar Bambang.

Masyarakat Purwosari dan sekitarnya kemudian diharapkan tidak panik berlebihan. Masyarakat dapat tetap beraktivitas seperti biasa. Hanya saja, memang ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Pemkab Kulonprogo kemudian berupaya melakukan penyuluhan kepada masyarakat di Balai Desa Purwosari pada Sabtu pagi. Bambang berharap masyarakat memahami jika antraks bisa diatasi dan diantisipasi.

Masyarakat diimbau lebih memperhatikan kondisi ternak di sekitarnya. Apabila ada ternak sakit dengan gejala yang hampir sama seperti beberapa kasus sebelumnya, segera laporkan kepada petugas agar dapat ditindaklanjuti secepatnya.

“Harapannya penyakit ini tidak meluas dan tidak ada gejala lainnya lagi,” ucap Bambang.

Bambang pun meminta masyarakat selalu membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dia juga melarang penyembelihan hewan yang diketahui sakit atau mati, apalagi sampai dikonsumsi. Ternak yang sakit atau mati memang sudah semestinya dikubur. “Bisa juga pakai semen bisa lebih kuat dan bakteri atau kumannya tidak menyebar,” ungkap Bambang kemudian.

Sebelumnya, imbauan serupa disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo, Bambang Haryatno. Dia berharap masyarakat menjaga PHSB sebagai langkah antisipasi. Dia juga meminta warga tidak memotong atau memakan daging hewan yang sakit di wilayah Purwosari. Dia bahkan tidak menyarankan warga menyembelih ternak yang sehat hingga situasi benar-benar dinyatakan kembali kondusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya