Jogja
Jumat, 20 Januari 2017 - 20:34 WIB

WASPADA ANTRAKS : Pemkab Sleman Batasi Daging Sapi Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pemkab melakukan vaksinasi dan membatasi penjualan daging sapi asal Kulonprogo ke Sleman.

Harianjogja.com, SLEMAN– Kasus penyakit antraks yang menyerang warga Kulonprogo diantisipasi Pemkab Sleman. Untuk mencegah penyebaran virus antraks, Pemkab Sleman melakukan vaksinasi dan membatasi penjualan daging sapi asal Kulonprogo ke Sleman.

Advertisement

Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Pangan dan Kehutanan (DPPK) Sleman menyikapi masalah penyakit antraks. Salah satunya, dengan mengawasi distribusi daging sapi yang beredar di Sleman. “Kami akan mencegah [penyebaran] antraks masuk ke Sleman. Instansi terkait sudah melakukan berberapa upaya pengawasan,” katanya di Dusun Cibuk Kidul, Margoluwih, Seyegan, Jumat (20/1/2017).

Menurut Sri, wilayah Sleman belum pernah ditemukan kasus antraks. Meski begitu, upaya pencegahan penyakit hewan yang bisa menular pada manusia tersebut, terus dilakukan. Pasalnya, infeksi virus antraks dinilai membahayakan manusia. “Setiap tahun kami lakukan vaksinasi kepada sapi-sapi yang ada di Sleman. Termasuk saat ini, meski tidak semuanya. Jumlah sapi di Sleman sekitar 50.000, jadi yang divaksinasi hanya yang diduga berpotensi terjangkit antraks,” kata Kepala DPPK Sleman, Widi Sutikno.

Selain vaksinasi, DPPK juga berupaya mencegah peredaran daging sapi asal Kulonprogo. Pihaknya juga menambah jumlah petugas kesehatan hewan di lapangan untuk meningkatkan pengawasan, baik di pasar tradisional maupun pasar hewan. “Kami lakukan pencegahan ini bukan artinya kami anti Kulonprogo. Tapi ini dilakukan demi kebaikan bersama. Kami sudah bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner Wates untuk memantau antraks,” ujarnya.

Advertisement

Menurut Widi, yang paling penting dari persoalan antraks adalah bagaimana masyarakat juga berupaya melakukan tindakan pencegahan. DPPK juga akan melakukan sosialisasi pada masyarakat. Menurutnya, awal mula kasus antraks di Kulonprogo terjadi akibat kondisi lingkungan yang menyebabkan munculnya virus antraks. Patahnya, ternak yang terjangkit antraks disembelih kemudian dikonsumsi bersama.

“Sapi yang sakit seharusnya ditangani secara medis. Bukan justru dikonsumsi tanpa diketahui lebih dulu penyakitnya. Kami himbau agar masyarakat atau peternak yang sapinya sakit, tolong melapor agar bisa ditangani secepatnya,” tutur Widi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif