SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Waspada antraks berakibat penurunan penjualan daging sapi

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sudah sejak lima hari terakhir penjualan daging sapi di Pasar Argosari, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul menurun derastis. Pedagang menyangkal turunya penjualan bukan karena adanya isu virus antraks, melainkan karena memang menurunya daya beli masyarakat.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Penurunan daging sapi selama lima hari terakhir diungkapkan salah seorang pedang daging sapi di pasar Argosari, Boyem. Di pasar terbesar se-Kabupaten Gunungkidul itu penurunan penjualan hingga mencapai 50%.

“Biasanya saya bisa menjual sampai 10 kilogram (kg) per hari. Tapi sekarang cuma tiga kg sampai lima kg per hari,” ujarnya, Senin (23/1/2017).

Boyem mengakui tidak mengetahui adanya isu virus antraks di Kulonprogo, namun dia membenarkan bahwa sejak beredar isu itu sekitar lima hari belakangan penjualanya menurun derastis. Dia meyakini hal itu hanya akibat dari menurunya daya beli masyarakat.

Naiknya tarif dasar listrik dan pajak menurut dia sangat mempengaruhi daya beli masyarakat. Sehingga masyarakat lebih mementingkan kebutuhan pokok lainya dibandingkan membeli dading sapi seharga Rp120.000 per kg. “Bagaimana kuat beli daging kalau pajak sama listrik naik semua,” ungkapnya.

Selain karena kanaikan tarif dasar listrik dan pajak, dia menyebut cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi penjualan. Hal itu lantaran sejumlah pedagang makanan ataupun bakso yang telah menjadi langgananya mengurangi jumlah pembelian, karena tak begitu laku saat musim hujan.

Sementara itu, pedagang daging sapi lainnya, Karni mengaku tak khawatir dengan adanya virus antraks. Menurutnya selama ini daging yang dia pasok dari daerah Kecamatan Semanu itu tak memiliki tanda-tanda adanya virus antraks. Dari segi warna dan bentuk fisik daging pun kata dia wajar seperti penampakan daging segar pada umumnya.

Namun diakuinya penjualanya selama lima hari terakhir menurun derastis. Meskipun harga dading sapi tidak mengalami kenaikan tapi banyak di antara konsumen yang mengurangi pembelian. “Kalo pedagang bakso biasanya bisa beli sampai lima kg, sekarang cuma sekitar tiga kg. Kalau konsumsi pribadi paling rata-rata seperempat kg,” kata dia.

Hal itu membuat persediaan daging dilapaknya tak dapat selalu terjual habis. Sehingga biasnya dia harus mengawetkan daging dengan es batu supaya dapat dijual kembali pada keesokan harinya. “Habis tidak habis saya pukul 13.00 WIB pulang. Kalau tidak habis nanti di es,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya