SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Waspada antraks di Sleman dilakukan dengan vaksinasi

Harianjogja.com, SLEMAN– Kasus penyakit antraks yang menyerang warga Kulonprogo diantisipasi Pemkab Sleman. Untuk mencegah penyebaran virus antraks, Pemkab melakukan vaksinasi dan membatasi penjualan daging sapi asal Kulonprogo ke Sleman.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Pangan dan Kehutanan (DPPK) Sleman menyikapi masalah penyakit antraks. Salah satunya, dengan mengawasi distribusi daging sapi yang beredar di Sleman.

“Kami akan mencegah [penyebaran] antraks masuk ke Sleman. Instansi terkait sudah melakukan berberapa upaya pengawasan,” katanya di Dusun Cibuk Kidul, Margoluwih, Seyegan, Jumat (20/1/2017).

Menurut Sri, wilayah Sleman belum pernah ditemukan kasus antraks. Meski begitu, upaya pencegahan penyakit hewan yang bisa menular pada manusia tersebut, terus dilakukan. Pasalnya, infeksi virus antraks dinilai membahayakan manusia.

“Setiap tahun kami lakukan vaksinasi kepada sapi-sapi yang ada di Sleman. Termasuk saat ini, meski tidak semuanya. Jumlah sapi di Sleman sekitar 50.000, jadi yang divaksinasi hanya yang diduga berpotensi terjangkit antraks,” kata Kepala DPPK Sleman, Widi Sutikno.

Selain vaksinasi, DPPK juga berupaya mencegah peredaran daging sapi asal Kulonprogo. Pihaknya juga menambah jumlah petugas kesehatan hewan di lapangan untuk meningkatkan pengawasan, baik di pasar tradisional maupun pasar hewan.

“Kami lakukan pencegahan ini bukan artinya kami anti Kulonprogo. Tapi ini dilakukan demi kebaikan bersama. Kami sudah bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner Wates untuk memantau antraks,” ujarnya.

Menurut Widi, yang paling penting dari persoalan antraks adalah bagaimana masyarakat juga berupaya melakukan tindakan pencegahan. DPPK juga akan melakukan sosialisasi pada masyarakat.

Menurutnya, awal mula kasus antraks di Kulonprogo terjadi akibat kondisi lingkungan yang menyebabkan munculnya virus antraks. Patahnya, ternak yang terjangkit antraks disembelih kemudian dikonsumsi bersama.

“Sapi yang sakit seharusnya ditangani secara medis. Bukan justru dikonsumsi tanpa diketahui lebih dulu penyakitnya.  Kami imbau agar masyarakat atau peternak yang sapinya sakit, tolong melapor agar bisa ditangani secepatnya,” tutur Widi.

Di wilayah Sleman, kata Widi, fasilitas kesehatan hewan untuk memantau kesehatan ternak sudah cukup memadai. Setidaknya terdapat 14 Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang tersebar di Sleman yang dinilainya mampu memberikan vaksin antraks pada sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya