Jogja
Senin, 24 Oktober 2016 - 08:40 WIB

WASPADA BENCANA SLEMAN : Gelar Apel Siaga, BPBD Ingatkan 7 Potensi Bahaya

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman memasang dua Early Warning System (EWS) di Dusun Gunungharjo, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Selasa (13/1/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)

Ada tujuh ancaman bencana di Kabupaten Sleman dan yang paling besar adalah potensi erupsi Gunung Merapi.

Harianjogja.com, SLEMAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, menggelar apel siaga bencana yang dipusatkan di Lapangan Denggung, Sleman, Minggu (23/10/2016).

Advertisement

“Wilayah Kabupaten Sleman mempunyai nilai indeks tertinggi dalam risiko bencana dibanding dengan daerah lain di DIY dengan skor 97,” kata Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Kunto Riyadi seperti dikutip Antara.

Menurut, dia ada tujuh ancaman bencana di Kabupaten Sleman yakni erupsi Gunung Merapi, banjir lahar dingin, gempa bumi, tanah longsor, angin kencang/puting beliung, kekeringan dan kebakaran.

“Untuk mengurangi risiko bencana maka digelar apel siaga penanggulangan bencana sekaligus peringatan bulan pengurangan risiko bencana 2016,” katanya.

Advertisement

Apel siaga diikuti sekitar 1.200 peserta dari Kodim Sleman, Polres Sleman, Basarnas, Satpol PP, Dishubkominfo, Dinas Kesehatan, Disnakersos, delapan komunitas relawan, lima Sekola Siaga Bencana (SSB), dan empat desa tangguh bencana dengan inspektur upacara Bupati Sleman Sri Purnomo.

Sri Purnomo mengatakan Oktober ini merupakan bulan Pengurangan Risiko Bencana, yang jatuh pada 13 Oktober.

“Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya mengurangi risiko bencana mengingat wilayah Sleman termasuk daerah rawan bencana,” katanya.

Advertisement

Menurut dia, budaya pengurangan resiko bencana bisa dilakukan masyarakat Sleman. Kuncinya adalah kerja sama semua pihak. Mulai dari pemerintah, komunitas, LSM dan masyarakat itu sendiri.

“Yang terpenting adalah kepedulian terhadap pengurangan risiko bencana. Peduli dan segera bertindak apabila menemui korban atau dampak kebencanaan yang lain,” katanyam Ia mengatakan, bencana, apapun itu bentuknya harus diwaspadai sedini mungkin.

“Oleh karenanya kita harus mempersiapkan diri dengan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk bertindak cepat dan tepat apabila terjadi bencana. Dengan dimilikinya pengetahuan dan juga keterampilan dalam menghadapi situasi darurat, diharapkan seluruh warga masyarakat tidak akan panik bila terjadi suatu bencana,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif