SOLOPOS.COM - Seminar pengurangan resiko bencana di Bangsal Sewokoprojo, Gunungkidul, Kamis (31/10/2013). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Istiqomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mengajak setiap elemen terkait untuk siaga bencana lantaran sudah memasuki pergantian musim. Warga serta pihak terkait diharapkan siaga terhadap longsor dan angin kencang.

Untuk mendukung hal tersebut, BPBD menggelar apel siaga serta seminar pengurangan risiko bencana di Bangsal Sewokoprojo, Kamis (31/10/2013). Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul Nugroho Wahyu menuturkan 160-an orang tersebut terdiri dari anggota Search And Rescue (SAR), TNI, Polri, komunitas, kader desa tanggap bencana serta relawan.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

“Memasuki musim hujan, bencana yang sering terjadi yakni tanah longsor dan angin. Untuk  tanah longsor ada enam titik rawan yakni Semin, Ponjong, Ngawen, Nglipar, Patuk dan Gedangsari sedangkan angin merata di semua kecamatan,” tutur dia kepada Harian Jogja di Bangsal Sewokoprojo, Kamis (31/10/2013).

Ia menambahkan, apel dan seminar sengaja dilakukan pada pergantian musim. Pasalnya beberapa hari ini sudah mulai musim hujan. Di beberapa daerah bahkan banyak pohon yang tumbang dan menimpa rumah ataupun tiang listrik.

Seminar tersebut diisi oleh Kasi Data BMKG DIY Tony Wijaya, Manajer Pusdal Op BPBD DIY Danang Samsu serta perwakilan dari ASB Pramuditya. Melalui seminar tersebut diharapkan para pihak terkait selalu siaga melihat sudah memasuki musim hujan. BPDB Gunungkidul juga telah mengimbau masyarakat untuk menebang pohon-pohon yang dinilai membahayakan.

Pramuditya menekankan, sasaran relawan ketika ada bencana termasuk kelompok rentan. Namun, peran kelompok rentan seperti difabel justru belum terlihat. “Tahun ini kami libatkan kelompok rentan. Misalnya dengan partisipasi mereka dalam memberikan informasi-informasi,” papar dia.

Sementara itu Danang Samsu menambahkan kearifan lokal yang selama ini digunakan oleh masyarakat sebaiknya dipertahankan. Namun kearifan lokal yang baik dalam arti seiring dengan ilmu pengetahuan yang ada.

“Kearifan lokal lebih kepada kebiasaan. Namun, alam dan cuaca itu tidak dapat diprediksi. Kearifan lokal dan kebiasaan baik warga harus dipertahankan,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya