SOLOPOS.COM - Pagelaran Pewayangan sebagai penutupan perayaan Maulid Nabi di Kraton Ngayogyakarta, Jumat (1/12/2017) malam. (Intan Idkhasyah Putri/Harian Jogja)

Malam puncak penutupan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kraton Ngayogyakarta telah dilaksanakan

 
Harianjogja.com, JOGJA- Malam puncak penutupan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kraton Ngayogyakarta telah dilaksanakan dengan acara pagelaran wayang di dalam kraton, Jumat (1/12/2017) malam.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Acara tersebut dilaksanakan pada pukul 20.00 WIB dengan diawali oleh tabuhan gamelan dan pada pukul 21.00 persembahan wayang oleh dalang. Wayangan diadakan setiap penutupan acara perayaan Maulid Nabi Muhammad di Kraton Ngayogyakarta.

“Wayangan itu diadakan setiap penutupan acara Sekaten yang dimulai sejak keluarnya gamelan kraton yang dibawa ke masjid dan diperdengarkan selama seminggu. Setelah itu, malam jam 12 dibawa ke Kraton, terus pagi harinya Grebeg Mulud. Malem hari pentas wayang kulit untuk Bedhol Songsong,” jelas Masbekel Enom Puro Prajoko, Bagian Informasi kegiatan.

Setiap acara Sekaten terdapat penancapan songsong atau payung di dalam Kraton. Ketika penutupan Sekaten, songsong/payung tersebut dicabut dan tidak dipasang lagi. Hal tersebut menandai bahwa acara peringatan Maulid Nabi Muhammad telah usai.

Pemirsa dalam acara penutupan tersebut adalah masyarakat umum serta keluarga Kraton Jogja. Persiapan acara keseluruhan Sekaten di adakan dua minggu hingga satu bulan sebelum acara Sekaten.

Persiapan untuk Pewayangan sendiri tidak membutuhkan waktu lama, hanya persiapan panggung seperti penataan wayang kulit, penataan gamelan dan lainnya.

“Persiapannya itu cuma gelar gamelan, noto wayang, nanti ada dalangnya, wiyogo dan Sinden,” jelas Maswedono Mulyono Pawoko (Penjaga Kraton).

Dalang dalam acara tersebut diambil dari Kawedanan Ageng Punokawan Kridomardowo. Kawedanan Ageng Punokawan Kridomardowo adalah wadah Abdi Dalem dalam bidang seni tradisi seperti gamelan, sinden, wayang dan dalang.

Masbekel Cermo Sugondo adalah Dalang dari pewayangan malam ini dengan cerita Semar dadi Ratu.

Dalang pewayangan menjelaskan bahwa Semar merupakan tokoh Punokawan, visualisasi dari rakyat yang mewakili kekuatan seutuhnya dari sebuah negara. “Jadi kembali pada filosofi Kraton Ngayogyakarta bahwa kekuasaan sepenuhnya bukan diatas raja, tapi kekuasaan ada diatas rakyat. Rakyat adalah rajanya, seperti itu”  katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya