Jogja
Jumat, 7 Juli 2017 - 12:55 WIB

WISATA BANTUL : Objek Wisata CBT Semakin Diminati, Seperti Apa?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung tengah berfoto di salah satu di kawasan hutan pinus Mangunan, Kecamatan Dlingo, Sabtu (1/7/2017). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto).

Menilik data kunjungan wisata selama libur lebaran lalu, ada kecenderungan wisatawan mulai beralih ke objek-objek wisata baru

Harianjogja.com, BANTUL–Menilik data kunjungan wisata selama libur lebaran lalu, ada kecenderungan wisatawan mulai beralih ke objek-objek wisata baru yang dikelola dengan konsep community based tourism (CBT).

Advertisement

Objek wisata berbasis CBT tersebut rata-rata merupakan objek wisata non retribusi yang tidak dikelola langsung oleh Dinas Pariwisata Bantul. Misalnya seperti desa wisata dan objek wisata di kawasan Mangunan-Dlingo.

Kepala Bidang Pemasaran, Ni Nyoman Yudiariani mengatakan selama periode 23 Juni hingga 2 Juli lalu, tercatat 753.440 wisatawan berkunjung ke Bantul. Dari jumlah tersebut, kunjungan ke 40 obyek wisata non retribusi mencapai 713.504 wisatawan sedangkan kunjungan ke tujuh obyek wisata retribusi sebanyak 311.361 wisatawan.

Advertisement

Kepala Bidang Pemasaran, Ni Nyoman Yudiariani mengatakan selama periode 23 Juni hingga 2 Juli lalu, tercatat 753.440 wisatawan berkunjung ke Bantul. Dari jumlah tersebut, kunjungan ke 40 obyek wisata non retribusi mencapai 713.504 wisatawan sedangkan kunjungan ke tujuh obyek wisata retribusi sebanyak 311.361 wisatawan.

“Yang beretribusi itu Pantai Parangtritis, Samas, Goa Cemara, Pandansimo, dan Kwaru, serta Gua Selarong dan Gua Cerme,” sebutnya pada Kamis (6/7/2017).

Nyoman mengakui ada kecenderungan, wisatawan memilih obyek wisata baru pada libur lebaran kali ini. Data yang dimiliki Dinpar menunjukkan kunjungan paling tinggi obyek wisata non retribusi berada di wilayah Kecamatan Dlingo. Obyek wisata Seribu Batu, Mangunan misalnya salama libur lebaran mendapat kunjungan sebanyak 132.701 orang.

Advertisement

Pemasukan retribusi dari tujuh obyek wisata yang dikelola Dinpar disebutkan Nyoman mencapai Rp1,394 milyar sampai periode awal Juli 2017 ini. Angka tersebut menurutnya sudah melebihi target Januari – Juni yang ditetapkan sebesar Rp1,036 milyar.

Kepala Seksi Analisis Pasar dan Kerjasama Pariwisata Dinpar Bantul, Issri Putranti Hendarjati mengatakan dengan tingginya kunjungan wisatawan ke obyek wisata non retribusi tersebut manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat setempat.

Menurutnya kawasan wisata maju di Indonesia saat ini memang sudah berorientasi pada konsep CBT tersebut. Dengan begitu multiple efect kepada masyarakat lebih besar.

Advertisement

“Kalau lebih tinggi kunjungannya itu baik karena saat ini sudah tidak begitu banyak berorientasi pada pendapatan retribusi tapi bagaimana pemberdayaan masyarakatnya secara langsung,” katanya.

Hal tersebut juga sejalan dengan visi Kementerian Pariwisata yang tidak lagi terfokus pada pendapatan negara dari retribusi wisata namun lebih kepada lama tinggal dan belanja wisata. Sebab dua hal tersebut akan berpengaruh langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat.

“Kalau PAD dari retribusi kan tidak dirasakan langsung oleh masyarakat tapi kalau perekonomian masyarakat berkembang akan berpengaruh langsung ke PAD,” tuturnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif