SOLOPOS.COM - Wisata erupsi Merapi/JIBI/Harian Jogja/Sunartono

Wisata erupsi Merapi/JIBI/Harian Jogja/Sunartono

SLEMAN—Wisata Erupsi Merapi di Cangkringan perlu dibenahi jika ingin meningkatkan jumlah wisatawan. Pasalnya saat ini warga setempat menggantungkan hidupnya dari kunjungan para wisatawan.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Ketua Asosiasi Tour dan Travel (ASITA) DIY, Edwin Ismedi Himna menilai pemerintah daerah perlu memberikan perhatian meskipun wisata erupsi Merapi konsepnya berbasis masyarakat. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian yakni jumlah toilet yang minim. Saat ini jumlah toilet yang ada hanya milik pribadi untuk disewakan. Sehingga menimbulkan antrean jika wisatawan membludak.

Hal itu akan semakin membuat nyaman wisatawan, jika ada tambahan toilet umum yang diberikan pemerintah dikelola warga sekitar. “Selain itu perlu ada semacam pertunjukan atau atraksi lokal. Saat ini memang ada namun hanya waktu tertentu saja jadi tidak berkelanjutan,” ungkapnya saat dihubungi Harian Jogja, Senin (4/3/2013).

Ia menambahkan keberadaan pertunjukan itu bertujuan membuat wisata erupsi Merapi tidak monoton. Dengan begitum wisatawan yang pernah datang memiliki keinginan berkunjung kembali.

Berdasarkan catatan, kata Edwin, jika dirata-rataken,  kunjungan wisatawan yang dibawa ASITA DIY dalam sepekan mencapai 1.000 orang. Terdiri dari wisatawan domestik dan mancanegara. “Kami memang sudah memasukkan wisata erupsi Merapi ini sebagai salah satu kunjungan utama terutama wisatawan asal eropa,” ungkap dia.

Banyak dan sedikitnya pengunjung wisata erupsi merapi sangat berdampak kepada warga sekitar. Suyan, warga Pangukrejo, Desa Umbulharjo salah satunya yang menggantungkan hidup dari keberadaan wisatawan.

Ia menjadi tukang ojek menggunakan sepeda motor mengantar pengunjung dari perbatasan Dusun Kinahrejo menuju ke sejumlah destinasi di lereng merapi seperti bekas kediaman almarhum Mbah Maridjan. Sasarannya rata-rata wisatawan yang tidak memakai sewaan trail atau jeep yang biayanya lebih mahal.

“Untuk wilayah Kinahrejo saja tarifnya Rp20.000, kalau berputar sampai beberapa dusun lain biasanya Rp50.000,” ujarnya saat ditemui Harian Jogja Minggu (3/3/2013).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya