Jogja
Senin, 11 April 2016 - 16:55 WIB

WISATA GUA PINDUL : Joki Gua Pindul, Haruskah Dihilangkan?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pemandu saat mengatur wisatawan yang akan menyusuri Gua Pindul, Sabtu (2/1/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Gua Pindul masih menyisakan pekerjaan rumah berupa joki yang kadang dianggap mengganggu

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Pro kontra terhadap keberadaan joki di Gua Pindul, Desa Karangmojo terus menyeruak ke permukaan. Bahkan di kalangan joki sendiri juga ada perbedaan pendapat mengenai upaya penertiban yang dilakukan pemerintah kabupaten.

Advertisement

Salah satu ungkapan disuarakan Santoso, salah seorang joki yang seringkali mangkal di pertigaan Dusun Pengkol, Desa Jatiayu, Karangmojo. Menurut dia, sengkarutnya masalah Pindul bukan hanya dikarenakan oleh joki semata, karena semua pihak harus ikut bertanggungjawab.

Dia pun mengaku tidak takut adanya rencana penghapusan joki. Bahkan ia menantang jangan hanya joki, tapi kalau perlu seluruh obyek ditutup, karena joki baginya hanya pekerjaan sampingan sebagai ojek sehingga saat ada penertiban bukan menjadi masalah.

“Setiap harinya kami bekerja sebagai ojek. Jadi kalau sampai joki atau wisata Pindul ditutup kami akan kembali ke pekerjaan yang digeluti setiap hari, wong dari joki juga tidak mesti mengatarkan pengunjung,” kata Santoso, Minggu (10/4/2016).

Advertisement

Santoso berpendapat, keberadaan joki dengan kesekretariatan memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Dia pun menyakini, praktik joki tidak bisa dihapuskan selama operator tetap mau menerima usaha jasa antar ke Pindul.

Dia mencontohkan, ada salah satu operator yang terang-terangan menolak keberadaan joki. Namun faktanya saat joki datang membawa pengunjung tetap diterima.

“Saya tidak usah sebut nama operator, yang jelas mereka tetap membutuhkan kami. Selain itu, kami juga menyerahkan ke pengunjung mau diantar ke operator mana,” katanya.

Advertisement

Sementara itu, Sungkono, joki lain di Pindul beraharap agar usahanya itu tidak dihapus dan lebih dilakukan penataan. Meski sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, ia mengaku mendapatkan tambahan penghasilan dari usaha jasa antar ke Pindul.

“Kami tidak pernah meminta imbalan ke pengunjung. Bahkan biar tertib, seluruh anggota kami didata dan diberikan seragam sebagai tanda pengenal,” kata Sungkono.

Dia pun berharap, kisruh yang terjadi di Pindul bisa berakhir sehingga usaha tersebut bisa berjalan normal lagi. “Memang tidak mudah, tapi kalau semua memiliki komitmen saya yakin masalah itu bisa diselesaikan dengan baik-baik,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif