SOLOPOS.COM - Sejumlah pemandu saat mengatur wisatawan yang akan menyusuri Gua Pindul, Sabtu (2/1/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Gunungkidul semakin banyak menarik minat warga sehingga jumlah warga yang terjun ke pertanian semakin berkurang

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Kelompok tani di kawasan wisata Pindul mulai khawatir petani mulai meninggalkan lahan pertanian, dan fokus mengelola dan mencari nafkah dari pariwisata di wilayah setempat.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Kepala Seksi Informasi dan Teknologi Kelompok Tani Sari Bumi, Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo yakni Sutarno menyebutkan saat ini ada banyak petani yang berstatus buruh tani, berasal dari luar Bejiharjo.

Ia khawatir, dalam beberapa tahun ke depan, lahan pertanian di Bejiharjo bukan dikelola oleh warga setempat melainkan oleh orang di luar Bejiharo.

“Banyak buruh tani lokal Bejiharjo memilih menjadi pemandu wisata, karena menjadi pemandu wisata minimal mendapatkan Rp50.000 per hari, dirasa lebih menguntungkan,” ujarnya Selasa (19/1/2016).

Mengetahui hal ini, pihaknya telah mengusulkan kepada Pemerintah Desa setempat, 10 Kelompok Sadar Wisata di Bejiharjo dan mengajak masyarakat setempat untuk menjadikan Kawasan Pindul bukan hanya berfokus pada pengembangan wisata Gua Pindul, melainkan juga mengembangkan pertanian baik padi, jagung, kayu putih menjadi salah satu alternatif wisata potensial, bersama dengan industri (blangkon).

“Jadi, nanti semua sektor bisa hidup, dan tumbuh, pemberdayaan masyarakat dari segala sektor,” tuturnya.

Ketua Kelompok Tani Sari Bumi, Supardiwinoto menerangkan, pada tahun anggaran kepengurusan 2012/2013 jumlah anggota kelompok tani sejumlah 309 petani. Kini ada sekitar 20 orang yang aktif dalam pariwisata Kawasan Pindul.

“Anggota masih 300-an, karena ada juga petani yang sudah aktif di pariwisata namun masih tetap bertani,” ucapnya tanpa menyebut jumlah pasti.

Sementara itu, salah satu petani di Bejiharjo, Sukartinem mengungkapkan dirinya memilih tetap menjadi petani, meski juga turut aktif dalam pariwisata sebagai penjual makanan dan pakaian di sebuah sekretariat Pokdarwis.

“Hasil dari pertanian,bisa digunakan untuk stok pangan, biasanya hasil pertanian terutama padi disimpan untuk makan sehari-hari. Kadang wisata ada masa sepinya juga,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya