SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)-03

Wisata Jogja tak lagi duduk di peringkat kedua.

Harianjogja.com, JOGJA — Tingkat kunjungan wisatawan baik asing maupun dalam negeri ke DIY menunjukkan peningkatan. Namun, peringkat nomor dua setelah bali, kini turun ke posisi enam untuk kunjungan wisatawan asing, setelah Bali, DKI Jakarta, Jawa Timur, Lombok, dan Labuan Bajo.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta mengatakan hal itu terjadi bukan karena kurang beragamnya atau sedikitnya objek wisata di DIY. Hal itu terjadi karena masih minimnya penerbangan langsung ke DIY yang selama ini masih dari Malaysia dan Singapura.

“Faktor konektivitas ini sangat penting. Makanya, kami sangat menantikan realisasi bandara baru di Kulonprogo yang memungkinkan penerbangan langsung dari negara-negara lainnya,”kata dia ketika ditemui di Hotel Kyriad Pesonna Tugu Yogyakarta, Jogja, Senin (16/10/2016).

Ia mengungkapkan, dalam perkembangannya, tidak hanya DIY yang melakukan pembenahan tetapi daerah lain juga berkembang. Ke depannya, DIY harus semakin gencar promosi dan mengembangkan potensi serta meningkatkan pelayanan dan kenyaman untuk menarik wisatawan baik asing maupun dalam negeri.

“Tapi, tingkat kunjungan menunjukkan peningkatan. Dan kami yakin tahun ini akan lebih baik lagi. Untuk wisatawan asing, kami optimistis bisa capai sekitar 380.000 tahun ini dan tahun depan harus berani sampai 400.000 per tahun,” kata dia.

Ia menunjukkan, kondisi kunjungan wisatawan pada 2015 lebih baik dibandingkan 2014. Jumlah wisatawan asing pada 2015 tercatat sebanyak 308.485 atau naik 21,3% dari 254.000 pada 2014. Sementara itu, jumlah wisatawan nusantara pada 2015 tercatat sebanyak 3,813 juta atau naik 23,3% dari 3,091 juta wisatawan pada 2014.

Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY Udhi Sudiyanto mengataka, ia turut prihatin dengan menurunnya peringkat DIY. Namun, ia optimistis hal itu akan segera teratasi dengan berbagai upaya yang dilakukan.
“Kenyamanan harus ditingkatkan karena faktor yang penting terlebih untuk wisatawan asing. Mereka ingin nyaman karena waktunya terbatas,” ujar dia.

Sementara itu Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istidjab M Danunagoro mengatakan, okupansi hotel di DIY tidak memuaskan. Untuk rentang waktu Januari-Agustus 2016 okupansi hotel bintang hanya 55,08%, sedangkan hotel non bintang 24,71%.

“Hal ini terjadi karena semakin banyaknya hotel yang ada tapi kuenya dikit dan pasar yang digarap juga tidak besar,” kata dia.

Ia menjelaskan, di DIY saat ini ada 119 hotel bintang yang berdiri dan masih ada 27 hotel dalam proses pengerjaan. Adapun jumlah kamar yang sudah tersedia sebanyak 11.382 dan jumlah kamar yang sedang dalam proses pembangunan sejumlah 4.478.
“Kami bersyukur Jogja memperpanjang moratoriumnya meskipun hanya setahun,” ujar dia.

Ia mengungkapkan, kondisi ini harus segera diatasi misalnya dengan semakin menggencarkan promosi potensi wisata di DIY. Saat ini PHRI bersama Dinas Pariwisata, ASITA, maskapai penerbangan, dan lembaga terkait lainnya sedang menggodok program untuk mengisi low season yang biasa terjadi pada Januari-April.

“Kami akan membuat Jogja Heboh yang menawarkan tiket murah, harga kamar murah, dan lainnya. Tapi memang enggak bisa sendiri. Semua pihak harus mendukung. Semoga segera terealisasi,” tutur dia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya