SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pungutan berdalih jasa ojek maupun pemandu di kawasan objek wisata Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan dinyatakan dilarang

Harianjogja.com, SLEMAN -Pungutan berdalih jasa ojek maupun pemandu di kawasan objek wisata Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan dinyatakan dilarang dilakukan.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Baca juga : Wisatawan Keluhkan Biaya Jasa Pemandu di Kaliadem
Wisatawan juga tidak dilarang untuk menggunakan kendaraan sendiri untuk memasuki kawasan yang pernah terdampak erupsi Merapi itu.

Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Sudarningsih mengatakan Pemkab Sleman masih melakukan koordinasi untuk menangani dugaan pungutan liar yang dilakukan pelaku wisata itu. “Kita libatkan kecamatan hingga kelompok pengelola, ini sangat mencoreng imej wisata Sleman,”ujarnya, Senin(17/7/2017).

Ia menyesalkan kejadian tersebut sekaligus menyatakan bahwa pengutan tersebut seharusnya tidak ada. Larangan bagi kendaraan wisatawan juga bukan merupakan aturan resmi.

Hanya saja, dari apa yang disampaikan warga setempat, daerah tersebut memang dirasa berbahaya dan curam sehingga dikhawatirkan membahayakan wisatawan yang membawa kendaraan sendiri.

Namun, Ning menegaskan seharusnya tidak ada paksaan apabila wisatawan tidak ingin menggunakan ojek dari warga setempat. Terlebih lagi, ruas jalan menuju bunker tersebut sudah dalam kondisi baik dan dibiayai oleh APBD Sleman.

Pungutan yang dibenarkan dari sebuah objek wisata hanyalah biaya parkir yang diatur oleh Dinas Perhubungan. Sedangkan untuk daerah tersebut sudah dikenakan pungutan resmi sebesar Rp3.000 sejak April lalu.

Hernawan Fauzi, Ketua BUMDes Umbulharjo mengatakan pemanggilan sudah dilakukan kepada kelompok oknum yang diduga melakukan pungutan tersebut oleh perangkat desa.

“Sudah dilakukan pemeriksaan, diberikan teguran dan peringatan keras,” jelasnya.

Ia menerangkan jika jasa ojek sebenarnya merupakan usaha dari warga eks terdampak erupsi Merapi menanggapi perkembangan wisata di daerah itu.

“Dulu itu kalau mau ojek atau jalan kaki silahkan,” ujarnya.

Serupa, ia menerangkan jika jasa ojek diawali dengan kejadian wisatawan yang jatuh karena kondisi jalan yang dianggap curam. Terlebih lagi, di lokasi yang dituju juga tidak tersedia lapangan parkir yang memadai bagi kendaraan pribadi.

Namun dengan kejadian ini, tambah Hernawan, telah diputuskan jika penggunaan ojek bukan menjadi kewajiban nantinya. Pengelola juga berencana melakuka pengadaan bus guna mengantarkan wisatawan berkunjung ke bunker Merapi maupun kediaman Mbah Marijan yang kerap menjadi daya tarik utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya