SOLOPOS.COM - 102 Perusahaan Ikuti Pameran Biro Perjalanan Asita di Jakarta

2018, biro perjalanan hadapi tantangan layanan digital.

Harianjogja.com, JOGJA–Destinasi wisata di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup cepat yakni sebesar 24% yang diklaim lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kunjungan wisata di negara-negara Asean.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Hanya saja pertumbuhan tersebut tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wisatawan yang ditangani oleh biro perjalanan.

Hal itu disampaikan Ketua Association Of The Indonesian Tours ans Travel Agencies (Asita) DIY, Udhi Sudiyanto, Rabu (27/12). Udhi mengatakan rata-rata pertumbuhan kunjungan wisatawan negara-negara di Asean hanya sekitar 7%.

“Bahkan pertumbuhan pariwisata dunia hanya tumbuh sekitar 6,4 persen. Namun, pertumbuhan itu tidak berbanding lurus dengan jumlah wisatawan yang kami tangani, karena banyak wisatawan yang datang sendiri dengan menggunakan aplikasi online,” ujar Udhi.

Udhi memaparkan tumbuhnya aplikasi online yang kian memudahkan wisatawan dalam mengakses destinasi yang ingin dikunjungi menjadi tantangan berat bagi biro perjalanan.
Untuk menjawab tantangan ini, biro perjalanan yang tergabung dengan Asita DIY mulai menerapkan sistem teknologi ini untuk mempromosikan paket-paket wisata kepada para pemesannya.

Kendati demikian, Udhi memaparkan kemudahan dalam membuat aplikasi teknologi ini memberikan dampak negatif terhadap tumbuhnya biro-biro perjalanan tidak resmi atau tidak terdaftar. “Tentunya, hal itu akan menjadikan iklim bisnis ini menjadi tidak sehat. Mestinya setiap usaha pariwisata itu harus terdaftar sesuai dengan regulasi yang ada,” ungkap Udhi.

Di tahun mendatang, Udhi menjelaskan tantangan bisnis biro perjalanan akan semakin berat. Memasuki era millennial, pelaku bisnis biro perjalanan ini kian dituntut untuk mengadaptasi cara berpikir para generasi di era ini.

Di mana teknologi menjadi media strategis yang mesti dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memasarkan produk wisata Jogja. Udhi menambahkan ke depan akan semakin banyak wisatawan yang cenderung lebih banyak memanfaatkan layanan digital, baik untuk mencari informasi tentang destinasi wisata atau membeli paket wisata.

“Sehingga kami harus mulai menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Walaupun ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli secara online yakni human touch dan hospitality. Kedua hal itu harus diramu menjadi salah satu bagian yang harus tetap kami miliki,” jelas Udhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya