Jogja
Jumat, 12 Agustus 2011 - 10:21 WIB

Yuli Farhatina, Kepala TK perprestasi 2011

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ada satu hal yang tidak bisa dilupakan Yuli Farhatina, 39, dalam perjuangannya sebagai pendidik. Kepala sekolah TK Masyithoh, Ngalang, Kacamatan Gedangsari itu terpilih sebagai kepala TK terbaik DIY. Dalam waktu dekat, dia akan menjadi duta DIY ke tingkat nasional.

Siapa nyana di balik mengilapnya perstasi sebagai guru, Yuli selalu gagal mengikuti ujian masuk CPNS. Namun Yuli tak mau putus asa. Pada 2005, dia memulai pengabdian di Desa Ngalang, kawasan pelosok di perbatasan Gunungkidul-Klaten, Jawa Tengah. Yuli merintis pendirian TK Masyithoh I.

Advertisement

Langkah Yuli didasari keprihatinan karena anak-anak Ngalang langsung sekolah SD, tanpa mengenyam kegembiraan di TK. Sebelum Yuli datang, Desa Ngalang memang tak punya TK

Lahan kosong tabungannya pun rela diwakafkan demi berdirinya TK Masyithoh I. Kemudian, pada 2006 datanglah warga Korea Selatan yang akan mendata korban gempa dan sekaligus menyumbang upaya pendirian TK. Saat itu bangunan TK hanya berdinding anyaman bambu dan beratap seng.

Warga sekitar kemudian bergotong royong membangun TK dengan gedung permanen. “Dan jadilah TK itu,” ujarnya, Kamis (11/8).

Advertisement

Sejak itulah anak-anak Ngalang mulai merasakan pendidikan TK. TK Masyitoh sekarang punya sekitar 30 siswa.

Sementara, Yuli masih jadi guru tidak tetap yang digaji Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul Rp400.000 per bulan. Yuli mengantongi ijazah dari Program Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma dan Jurusan Ekonomi UII. Kini dia tengah merampungkan studi S2 di Psikologi Universitas Mercu Buana. Dia juga terus mengembangkan tiga TK di Ngalang yakni TK Masyithoh 2, TK Masyithoh 3 dan Tempat Penitipan Anak Syafa’ul Ulum.

“Saya jadi perintisnya,jadi gurunya, jadi kepala sekolahnya, sekaligus juga jadi pendonornya,” kata

Advertisement

Sejak membangun empat sekolah di Ngalang, Yuli hanya menerima bantuan dari pemerintah sebesar Rp500.000 menjelang pilkada. “Itupun saya harus tombok Rp 1 juta untuk pembangunan halaman,” katanya.

Tidak banyak yang dilakukan Yuli untuk menjadi duta kepala sekolah terbaik DIY, selain berdoa dan tenang. “Kalau boleh jujur begitu. Saya lebih merasa berhasil kalau anak-anak dampingan saya yang meraih prestasi,” ungkapnya.(Wartawan Harian Jogja/Endro Guntoro)

HARJO CETAK

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif