Jogja
Rabu, 12 Juni 2024 - 16:22 WIB

Dua Tahun Terakhir, 14 Warga Bantul Meninggal karena Terjangkit Leptospirosis

Stefani Yulindriani Ria S. R  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tikus (nhs.uk)

Solopos.com, BANTUL – Sebanyak 14 warga di Kabupaten Bantul meninggal dunia akibat leptospirosis dalam dua tahun terakhir, yakni pada 2022-2023.

Dinas Kesehatan Bantul mencatat selama 2022, jumlah kasus leptospirosis mencapai 141 kasus dengan empat orang di antaranya meninggal dunia. Sementara pada 2023, kasus leptospirosis meningkat hingga 168 kasus dengan 10 orang di antaranya meninggal dunia. Dengan demikian ada 14 warga yang meninggal dunia akibat terjangkit penyakit ini dalam dua tahun terakhir.

Advertisement

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul, Samsu Aryanto, memprediksi jumlah kasus leptospirosis 2024 tidak setinggi dua tahun terakhir. Hal itu lantaran jumlah kasus leptospirosis pada Januari-Juni 2024 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

Jumlah kasus leptospirosis pada Januari-Juni 2023 ada 144 kasus. Sedangkan Januari hingga 12 Juni 2024 kasus leptospirosis mencapai 34 kasus. Pada periode yang sama tahun 2023 dan 2024 tidak ada penderita leptospirosis yang meninggal dunia.

Ia menilai tidak ada penderita leptospirosis yang meninggal dunia pada Januari-Juni 2024 lantaran kesadaran masyarakat mengantisipasi dan menangani leptospirosis semakin meningkat. Selain itu kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala leptospirosis diduga menjadi penyebab landainya jumlah kasus tersebut hingga pertengahan tahun ini.

Advertisement

“Respons masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala [leptospirosis] ke fasyankes terdekat meningkat tahun ini. Sehingga ketika ada gejala dapat ditindaklanjuti di fasyankes tersebut,” ujarnya, Rabu (12/6/2024).

Samsu mengimbau masyarakat tetap mewaspadai penularan penyakit tersebut. Penularan penyakit tersebut disebabkan karena bakteri Leptospira interrogans. yang ada pada tikus. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi saat penderita kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira interrogans.

Selain itu, penularan penyakit tersebut juga dapat terjadi ketika penderita kontak langsung dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi bakteri tersebut. Kemudian penderita juga dapat tertular penyakit tersebut ketika mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut.

Advertisement

Dia meminta  masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan membersihkan tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan tikus untuk mengantisipasi penularan penyakit tersebut.

Kepala Dinkes Bantul, Agus T. W., menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut.  Ia berharap kepedulian masyarakat terhadap penularan penyakit tersebut semakin meningkat .

“Dinkes [Bantul] sudah berkoordinasi dengan beberapa kapanewon untuk upaya pencegahan leptospirosis.Kami juga sudah menyampaikan beberapa tempat yang berpotensi tercemar [bakteri penyebab leptospirosis], misalnya di daerah sawah yang banyak tikusnya,” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul 14 Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis dalam 2 Tahun Terakhir

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif