Jogja
Rabu, 13 Desember 2023 - 17:56 WIB

Kuliner Ekstrem Gunungkidul: Kepompong Pohon Trembesi, Harganya Rp100.000/Kg

David Kurniawan  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Pernah mencoba belalang goreng, yang menjadi salah satu kuliner ekstrem di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ternyata daerah yang memiliki deretan pantai indah itu memiliki kuliner ekstrem lain selain belalang goreng, yaitu ungkrung atau kepompong dari pohon johar atau trembesi.

Memasuki musim penghujan seperti sekarang ini menjadi waktu yang tepat bagi warga di Padukuhan Karangumuk 1, Kemejing, Semin, Gunungkidul, untuk berburu kepompong atau bakalan kupu-kupu itu. Harga kepompong dari pohon johar dan trembesi itu pun cukup menggiyurkan, Rp100.000 per kilogram.

Advertisement

Aktivitas pencarian kepongpon johar dilakukan di ruas jalan alternatif Semin-Karangmojo. Di dekat area ladang ini tumbuh berjejer pohon johar.

Tampak pasangan suami istri Lamiyo dan Lestari berbagi tugas mencari ungkrung. Si suami bertugas naik pohon johar untuk memangkas ranting pohon yang daunnya habis dimakan ulat.

Advertisement

Tampak pasangan suami istri Lamiyo dan Lestari berbagi tugas mencari ungkrung. Si suami bertugas naik pohon johar untuk memangkas ranting pohon yang daunnya habis dimakan ulat.

Adapun Lestari bertugas di bawah untuk mengambil ranting-ranting johar yang dipotong Lamiyo menggunakan sabit. Ranting yang terjatuh kemudian disisir satu persatu untuk diambil kepongpong dan dimasukan ke plastik yang sudah disediakan.

Lestari mengatakan pencarian ungkrung atau kepongpong sudah dilakukan selama tiga hari terakhir. Adapun lokasi pencarian masih di sekitaran tempat tinggalnya di Padukuhan Karanggumuk 1.

Advertisement

Menurut Lestari, selama mencari sudah mendapatkan lebih dari satu kilogram ungkrung. Ia juga sudah merasakan hasilnya karena sudah menjual dengan harga Rp100.000 per kilogramnya.

“Kemarin saya jual. Sekarang mencari lagi dan akan dijual lagi. Lumayan untuk nambah uang jajan anak pada saat bersekolah dan mencukupi kebutuhan lain,” katanya.

Proses pencarian kepompong dilakukan setiap awal musim hujan. Namun demikian, ia mengaku selama pandemi tidak mencari karena menghilang.

Advertisement

“Sempat tidak musim dan sekarang baru muncul. Setelah ini, nanti gantian mencari kepompong dari pohon jati,” katanya.

Senada diungkapkan oleh Paryono, pencari kepongpong lainnya di Padukuhan Karanggumuk 1, Kemejing, Semin. Menurut dia, bakalan kupu-kupu ini banyak dicari masyarakat untuk dikonsumsi.

“Saya juga sering beli karena sekeluarga senang mengkonsuminya. Kebetulan ini baru istirahat dari berladang dan disambi mencari ungkrung,” katanya.

Advertisement

Menurut dia, olahan kepongpong termasuk makanan ekstrem. Pasalnya, tidak semua kuat mengkonsumsi karena ada yang mengalami alergi gatal-gatal setelah memakannya.

“Kebetulan keluarga kami tidak ada yang alergi dan aman saat mengkonsumsinya,” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Kepompong Ulat Trembesi, Jajanan Khas Gunungkidul Laku Keras, Harga Tembus Rp100 Ribu per Kg

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif