Jogja
Kamis, 29 Februari 2024 - 20:16 WIB

Meningkat Tajam, Kasus DBD di Gunungkidul Capai 220 dan 2 Bocah Meninggal

Andreas Yuda Pramono  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD). (dok)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Gunungkidul meningkat dalam dua bulan terakhir. Bahkan, dua anak berusia 5 tahun dan 10 tahun meninggal dunia karena DBD.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan jumlah kasus DBD selama Januari dan Februari 2024 mencapai 220. Angka ini bahkan hampir menyamai jumlah kasus DBD sepanjang 2023. Tahun lalu, jumlah kasus DBD ada sebanyak 260 dengan satu orang meninggal dunia.

Advertisement

“Kalau tahun 2022 ada 457 kasus dengan tiga kematian dan tahun 2021 ada 189 kasus dengan tiga kematian,” kata Dewi dihubungi, Kamis (29/2/2024).

Adapun kapanewon yang menjadi wilayah dengan jumlah kasus DBD terbanyak ada di Wonosari dan Paliyan. Hanya saja, dia belum dapat menyampaikan data kasus di dua kapanewon tersebut. Namun dia mengaku banyaknya kasus di dua wilayah itu berkorelasi dengan padatnya penduduk.

Advertisement

Adapun kapanewon yang menjadi wilayah dengan jumlah kasus DBD terbanyak ada di Wonosari dan Paliyan. Hanya saja, dia belum dapat menyampaikan data kasus di dua kapanewon tersebut. Namun dia mengaku banyaknya kasus di dua wilayah itu berkorelasi dengan padatnya penduduk.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 menunjukkan jumlah penduduk di Kapanewon Wonosari mencapai 88.643 jiwa dan Paliyan mencapai 33.442 jiwa. Wonosari memiliki total luas wilayah hingga 75,52 kilometer persegi dan Paliyan hingga 58,07 kilometer persegi.

Dewi menambahkan kasus DBD dipengaruhi utamanya oleh musim. Musim hujan meningkatkan potensi berkembangbiak nyamuk. Genangan juga semakin banyak. Sedangkan untuk air yang bergerak tidak menjadi perindukan nyamuk.

Advertisement

Selama ini, guna menekan kasus DBD, Dinkes Gunungkidul terus menyiagakan pelayanan kesehatan tanpa memandang banyak atau sedikitnya kasus. Selain itu, upaya preventif juga diberikan dengan mengingatkan kembali melalui penyuluhan ke masyarakat lewat puskesmas agar meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menguras, mengubur, dan menutup (3M) plus secara serentak.

“Kami mengimbau Pokjanal [kelompok kerja operasional] kapanewon agar bergerak kembali mengajak masyarakat waspada dan PSN,” katanya.

Lebih jauh, Dewi mengatakan Dinkes Gunungkidul belum memiliki rencana untuk mengikuti program Wolbachia.

Advertisement

Direktur RSUD Wonosari, Heru Sulistyowati, mengatakan ada 12 pasien DBD yang sedang mendapat penanganan di RSUD Wonosari per Kamis ini. Dari jumlah itu, sebanyak tujuh pasien berada di ruang anak kelas III dan lima pasien lain berada di ruang kelas I, II, dan VIP. Semuanya merupakan anak-anak.

“Ruang perawatan anak penuh, tapi tidak semua pasien DBD, ada pasien penyakit lain juga, di antaranya Pneumonia,” kata Heru.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Kasus DBD di Gunungkidul Melonjak, Dua Anak Meninggal Dunia

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif