Jogja
Senin, 19 Juni 2023 - 18:59 WIB

Sejumlah SD di Kulonprogo Kekurangan Murid, Satu Rombel Hanya Diisi 15 Anak

Andreas Yuda Pramono  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi guru dan siswa belajar di sekolah (JIBI/Solopos/Ardiansyah Indra Kumala)

Solopos.com, KULONPROGO — Sekolah yang mengalami kekurangan murid pada proses penerimaan peseta didik baru (PPDB) jenjang SD tahun 2023 juga terjadi di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejumlah SD di empat kapanewon yang berada di kawasan Perbukitan Menoreh selalu kekurang murid setiap tahunnya.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kulonprogo, Arif Prastowo, mengatakan keempat kapanewon yang SD-nya mengalami kekurangan murid ada di Kokap, Samigaluh, Girimulyo, dan Kalibawang.

Advertisement

Dia menyampaikan dalam aturan jumlah murid dalam satu rombongan belajar untuk jenjang SD maksimal 28 anak. Sedangkan di beberapa sekolah di empat kapanewon tersebut hanya diisi sekitar 20 murid. Untuk Kapanewon Kokap menjadi wilayah paling banyak dengan enam SD yang diisi 15 murid dalam satu rombel.

Hal lain yang menjadi perhatian Arif adalah SMP 4 Samigaluh yang kekurangan murid dari Kulonprogo. Di sekolah itu, sebanyak 40% muridnya justru berasal dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Advertisement

Hal lain yang menjadi perhatian Arif adalah SMP 4 Samigaluh yang kekurangan murid dari Kulonprogo. Di sekolah itu, sebanyak 40% muridnya justru berasal dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

“Ada beberapa SD di empat kapanewon tersebut tidak terpenuhi kuotanya. Memang lulusan TK di sana tidak sebanyak daya tampung SD. Kekurangan murid itu konstan dari tahun ke tahun,” kata Arif, Senin (19/6/2023).

Atas masalah itu, pihaknya akan menjadikan hasil PPDB tahun ini sebagai bahan kajian tren kurangnya murid di satuan pendidikan. Baik penurunan maupun kenaikan, hasil tersebut akan menjadi patokan dalam mengambil langkah dalam mengatasi kurangnya murid di suatu sekolah.

Advertisement

Arif memberi contoh sebuah sekolah di Kapanewon Samigaluh yang kekurangan murid, karena tren tahun ke tahun pendaftar sedikit. Dengan begitu, Disdikpora akan melakukan kajian multidimensi untuk memutuskan langkah yang akan diambil.

Salah satu opsi yang akan diambil adalah regrouping dengan mempertimbangkan jarak antarsekolah tersebut berdekatan. Namun apabila jarak keduanya justru berjauhan, maka potensi re-group besar kemungkinan tidak diambil.

“Kalau kami paksakan untuk melakukan regroup, maka murid di sisi lain akan menempuh jarak yang jauh. Kasus seperti ini di Kokap, Samigaluh, Girimulyo, dan Kalibawang itu tidak mudah solusinya. Demi pelayanan kepada masyarakat, maka akan kami pertahankan sekolah tersebut,” ucapnya.

Advertisement

Seperti salah satu sekolah yaitu SD Negeri Jeruk di Hargowilis, Kokap yang setiap tahun diisi maksimal 50 murid. Dengan begitu satu kelas hanya ada sekitar enam murid. Apabila sekolah tersebut di-regroup, maka murid lain akan mempuh jarak yang jauh. Karena itu sampai saat ini tidak dilakukan regroup.

Sementara untuk satuan pendidikan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) terdapat dua sekolah di Kapanewon Kokap dan Pengasih yang menjadi langganan kekurangan murid. Dari jumlah murid dalam satu rombel berjumlah 32 murid, hanya terisi 20 orang.

“Kokap masuk lagi sebagai wilayah dengan sekolah minim murid baik SD maupun SMP, karena Kokap itu luas dan penduduknya jarang. Apalagi topografinya perbukitan,” lanjutnya.

Advertisement

Hanya saja soal kurangnya jumlah murid di dua sekolah tersebut, Arif mengaku belum memiliki rencana yang akan diambil. Menurut dia, kurangnya murid di dua sekolah itu bukan menjadi persoalan yang serius.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul  SD di Perbukitan Menoreh Kekurangan Siswa Setiap Tahun, Dinas: Lulusan TK-nya Sedikit

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif