SOLOPOS.COM - Infografis TPA Piyungan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, BANTUL – Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) atau TPA Piyungan bakal ditutup secara permanen pada April 2024. Kebijakan tersebut pun membuat ratusan pemulung yang biasanya bekerja di TPA Piyungan kebingungan dan nyaris kehilangan mata pencaharian.

Ketua Komunitas Pemulung TPA Piyungan Makaryo Adi Ngayogyakarto (Mardiko), Maryono, mengatakan ada sekitar 300 pemulung yang setiap hari bekerja mencari sampah di TPA Piyungan. Dia mengaku khawatir ada ratusan pemulung yang terancam kehilangan pekerjaan dengan rencana penutupan TPA Piyungan.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

“Ini [rencana penutupan TPA Piyungan] otomatis pemulung yang selama 29 tahun membantu mengurangi debit sampah di TPA Piyungan menjadi kehilangan mata pencahariannya,” katanya, Senin (18/3/2024).

Dia menuturkan selama ini belum pernah ada sosialisasi terkait dengan rencana penutupan TPA Piyungan kepada pemulung. Meski begitu, dia mengaku telah mengetahui mengenai rencana penutupan TPA Piyungan sebelumnya. Karena itu, komunitasnya berencana membangun rumah produksi untuk mengantisipasi penutupan TPA Piyungan.

“Dengan rumah produksi ini, warga masyarakat dan pemulung dapat kami salurkan bekerja di rumah produksi pilah sampah di TPA Piyungan dengan Komunitas Mardiko,” katanya.

Komunitas Mardiko setiap hari mampu mengolah sampah hingga 2 ton. Komunitas tersebut pun mampu memilah dan mengolah sampah dengan teknologi yang ada.

“Sampah yang ada kamu pilah manual, setelah itu dipilah dengan teknologi, kemudian ada incenerator untuk menghancurkan residu, sehingga sampah bisa selesai di komunitas kami,” katanya.

Dari jumlah sampah yang diolah, hanya menghasilkan residu sekitar 3,5 kuintal. Sehingga per 2 ton sampah, pihaknya bisa membantu mengolah debit sampah hingga 1,65 ton.

Dia pun berencana menambah kapasitas pengolahan sampah di sana, sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk puluhan pemulung lainnya.

“Kalau ini bisa diperbesar, kami bisa menghimpun pemulung yang kehilangan pekerjaan,” katanya.

Pemulung lainnya, Agus mengaku telah memikirkan untuk beralih profesi menjadi penjual kuliner kekinian di Jogja. Dia mengaku telah mulai berjualan sejak pandemi, meski belum ada rencana penutupan TPA Piyungan.

“Untuk jaga-jaga saja, waktu pandemi itu ekonominya sedang sulit,” katanya.

Pria asal Klaten tersebut mengaku telah tinggal kawasan di TPA Piyungan sejak tahun 1998. Dia merasakan penurunan sampah yang dapat dikumpulkan dari tahun ke tahun. Dulu dia mengaku dapat mencari sampah hingga 100 kg per hari, saat ini hanya separuhnya. Kebijakan pembatasan pemungutan sampah yang berlaku di zona transisi dari 08.00 WIB-13.30 WIB dinilai menyebabkan penurunan sampah yang dikumpulkan pemulung.

Selama ini, dia mengumpulkan sampah plastik dan kertas dengan harga jual berkisar Rp1.500-1.800 per kg. Dia mengaku uang yang didapatnya per hari pun belum dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

“Saat ini [pendapatannya] hanya bisa untuk gali lubang tutup lubang,” ujarnya.

Kepala DLHK DIY Kusno Wibowo mengaku pihaknya belum memberikan sosialisasi resmi kepada pemulung di TPA Piyungan. Meski begitu menurutnya, sosialisasi telah diberikan kepada pekerja harian lepas di sana.

Menurutnya di TPA Piyungan ada belasan pekerja harian lepas yang selama ini bekerja dalam proses penimbangan sampah, saat TPA Piyungan ditutup, pihaknya akan bekerja sama dengan Pemkot Jogja untuk mempekerjakan mereka di tempat pengolahan sampah RDF milik Kota Jogja.

“Untuk pegawai kami yang harian disampaikan secara formal. Kami sampaikan kebijakan desentralisasi akan dilakukan mendekati akhir April [2024],” katanya.

Dia menjelaskan pemanfaatan lokasi TPA Zona Transisi akan dikaji lebih lanjut setelah bulan April 2024 mendatang setelah TPA Piyungan ditutup.  “Kemudian nanti mau diapakan, apakah untuk dihijaukan atau untuk yang lain,” jelasnya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul TPA Piyungan Ditutup Permanen, Pemulung Mulai Bingung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya