SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks. (Freepik.com)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL – Sebanyak 17 warga di Kabupaten Gunungkidul tercatat mengalami suspek antraks. Atas merebaknya penyakit ini, pemerintah meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan brandu atau membagikan daging ternak yang mati.

Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pembajun Setyaningastutie, mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) atau pelacakan di lokasi ditemukannya dugaan antraks baik di Gunungkidul maupun Sleman.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Hasil dari PE sejak tanggal 8 – 9 Maret 2024 yaitu ada 17 warga Gunungkidul yang suspek antraks. Mereka merupakan warga Kalurahan Serut yang ikut memakan daging kambing yang sebelumnya dibawa dari Sleman dan dikuliti di Gunungkidul. Dari keseluruhan warga tersebut, satu di antaranya yaitu istri S.

Sementara di Kabupaten Sleman, katanya, ada 26 warga suspek antraks. Dari jumlah itu ada satu orang meninggal dunia (MD). Hanya saja dia menegaskan warga meninggal dunia tersebut belum sempat diambil sampel untuk diperiksa. Dengan begitu tidak ada kepastian terkait kemungkinan antraks.

“Tapi semua masih suspect nggih. Hasil lab dari Bogor belum keluar semua,” kata Pembajun dihubungi, Minggu (10/3/2024).

Lurah Serut, Sugiyanta, mengatakan ada satu orang lagi yang juga suspek antraks yaitu istri S. Istri S memiliki luka yang bentuknya sama seperti luka miliki S. Luka tersebut berada di tangan kiri.

“Kalau Pak S lukanya di sebelah mata sebelah kanan. Bentuknya bulat, di tengahnya seperti berlubang tapi kering. Pinggirannya merah. Seperti terkena dompo [cacar], tapi dompo kan ada bintik-bintiknya,” kata Sugiyanta.

Sugiyanta tidak menampik ada kemungkinan warga Gunungkidul lain suspek antraks. Pasalnya, ada sekitar 60 orang yang memakan daging kambing baik warga Gunungkidul maupun Sleman.

Dukuh Kayoman, Susilo, mengatakan istri S saat ini dirawat di rumah sakit UGM, begitupun dengan S yang sebelumnya dirawat di RSUD Prambanan.

Susilo menjelaskan Dinas Kesehatan dan pihak terkait telah melakukan penanganan termasuk penyelidikan epidemiologi. Kata dia, warga yang ikut makan daging secara terbuka mengakui ke Dinkes.

“Warga yang ikut makan sudah ditracing, dicek darah, dan diberi obat, dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Gedangsari,” kata Susilo.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul menerima laporan adanya satu warga Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Gedangsari, Gunungkidul berinisial S suspek antraks dan dirawat di RSUD Prambanan. Laporan tersebut diterima pada Kamis (7/3/2024).

Pada hari yang sama, sapi dan dua kambing milik S mati. Sapi tersebut sempat disembelih namun tidak jadi dikonsumsi karena ada perasaan ragu dan takut karena S telah lebih dulu jatuh sakit. Baik sapi maupun dua kambing akhirnya dikubur.

Pascalaporan, DPKH lantas melakukan penanganan dengan memberikan antibiotik dan vitamin pada kambing yang masih hidup di sekitar rumah S. Formalin juga telah ditebar di titik-titik tempat pengulitan kambing.

Sementara itu, Sekda DIY, Beny Suharsono, mengingatkan kembali agar warga tidak lagi melakukan brandu. Beny menjelaskan ketika muncul kasus ini, Pemda DIY langsung melakukan asesmen bersama dengan wilayah setempat, termasuk dinas kesehatan dan pertanian setempat.

“Agar bisa mengisolasi kejadian itu,” katanya saat dihubungi, Sabtu (9/3/2024).

Tindakan cepat harus dilakukan karena antraks merupakan penyakit menular yang bisa menyebar baik melalui sapi maupun manusia. “Harus segera diisolasi. Kejadian yang dulu [antraks yang pernah terjadi] agar tidak terjadi lagi,” ungkapnya.

Ia juga mengimbau warga agar tidak lagi melakukan praktek brandu yang bisa merugikan banyak orang.

“Sudah sangat tegas ada larangan, akan kami teruskan lagi. Perlu sosialisasi terus, edukasi terus, kalau itu tidak baik dan tidak boleh dilakuikan. Ini agar sama-sama dipahami,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya