SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, BANTUL — Lahan pertanian di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, setiap tahun mengalami penyusutan hingga 50 hektare. Salah satu penyebabnya karena pengalihfungsian lahan lahan pertanian.

Berdasarkan data Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Bantul, lahan pertanian di Bantul rata-rata berkurang seluas 50 hektare per tahun. Penyusutan ini disebabkan alih fungsi lahan, terutama di wilayah penyangga kota, seperti Kapanewon Banguntapan, Sewon, Kasihan, dan Sedayu.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Dari sisi regulasi, Pemkab Bantul berusaha mengerem pengalihfungsian lahan melalui Keputusan Bupati No. 463/2021 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Dalam keputusan tersebut, ditetapkan lahan pertanian yang tidak boleh dialihfungsikan sekitar 19.000 hektare.

Sedangkan dari sisi pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul mendorong peningkatan produktivitas pertanian untuk mengimbangi pengurangan lahan pertanian.

“Produksi masih surplus, tidak masalah. Kalau stok beras di Bantul juga aman,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Sebagai upaya peningkatan produktivitas pertanian, Pemkab Bantul tengah menggalakkan smart farming. Cara ini penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Melalui berbagai teknologi dan inovasi, pertanian Bantul dapat meningkatkan produktivitasnya meski dengan lahan yang semakin berkurang. Dia mencontohkan pada era 1970-1980, luas lahan masih luas yang mencapai 40.000 hektare. Namun, produksi belum bisa optimal, proses tanam hanya sekali dalam satu tahun.

Saat ini, rata-rata produktivitas pertanian padi di Bantul berada di kisaran 8,8 ton per hektare. Angka tertinggi mencapai 10,9 ton per hektare di wilayah Imogiri.

“Sekarang ada IP [Indeks Pertanaman] 400 yang memungkinkan tanam empat kali setahun,” ungkapnya.

Pada 2022, dengan total luas lahan 30.000 hektare, petani Bantul menghasilkan beras 200.000 ton gabah kering giling. Tahun ini menurutnya ada potensi pengurangan produksi dari pertanian padi sebagai dampak El Nino, walau jumlahnya tidak signifikan.

“Adanya El Nino merubah pola tanam. Misal yang harusnya padi ditanami palawija. Tapi yang penting tanah tetap masih bisa ditanami, tetap produksi. Sejak April ada info El Nino, kami membebaskan petani menanam dengan tanaman yang tidak banyak membutuhkan air. Kalau padi mungkin dengan yang umur pendek. Kalau tidak mampu padi silakan palawija,” kata dia.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Lahan Pertanian di Bantul Berkurang 50 Ha Per Tahun, Pemkab: Produksi Terus Digenjot

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya