SOLOPOS.COM - Salah satu kios di Pasar Seni dan Wisata Gabusan yang masih tetap buka di tengah sepinya pengunjung, Kamis (16/11/2023) siang. (Harian Jogja/Lugas Subarkah)

Solopos.com, BANTUL — Pasar Seni dan Wisata Gabusan (PSWG) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kondisinya sepi pada hari biasa. Banyak kios pedagang di PSWG yang tutup pada hari-hari biasa.

Hidupnya PSWG ini hanya bergantung pada hari libur, saat ada kegiatan, dan kegiatan komunitas.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Dari pantauan Harianjogja.com (Solopos Media Group), Kamis (16/11/2023) siang, situasi PSWG terpantau lengang. Di satu sisi ada pelatihan batik yang diikuti kelompok kecil dan sisanya beberapa orang menongkrong di kawasan tersebut. Los dan kios di area itu hampir semuanya tutup, hanya satu-dua yang terlihat buka.

Salah satu pedagang, Samir, mengaku pada hari biasa PSWG memang sepi dengan sedikit pengunjung. Menurut pedagang barang antik ini, pengunjung baru agak ramai ketika hari libur.

“Biasanya malam Minggu, hari libur, wisatawan juga banyak kalau libur,” katanya.

Samir menempati kios di bagian depan PSWG. Ia baru membuka kiosnya pada siang hari. Adapun pedagang lain biasanya baru buka di sore hari. Untuk mensiasati kondisi ini, ia berjualan secara online.

“Saya main online juga, alhamdulillah ramai,” paparnya.

Ketika ada event, kata dia, pengunjung juga lumayan ramai. Sayangnya, event tidak selalu ada setiap bulan, terutama yang event besar. Event besar yang mendatangkan banyak pengunjung yakni Bantul Expo yang digelar setiap Juli.

“Harapannya diperbanyak event agar ramai,” ungkapnya.

Koordinator PSWG, Sigit Selo Raharjo, mengatakan sejak revitalisasi pada 2019 PSWG secara regulasi disamakan dengan pasar tradisional, sehingga diberlakukan retribusi dan kewajiban lainnya bagi pedagang. Namun karena kondisi sepi yang diperparah dengan pandemi Covid-19, banyak pedagang yang mengundurkan diri.

“Banyak yang sudah tutup losnya. Setelah itu agenda berbasis komunitas untuk ditampilkan di sini. Contohnya barang antik, kemudian ada pusat oleh-oleh, ada sekitar 50-an pedagang, namun juga akhirnya tenggelam juga,” ungkapnya.

Komunitas barang antik, kata dia, cukup ramai pascarevitalisasi pasar. Di lokasi itu sering ada lelang barang antik yang mendatangkan banyak pengunjung. Sayangnya sekarang sudah tidak aktif lagi.

“Akhir-akhir ini melempem juga. Waktu itu, kami panggil paguyubannya untuk mulai lagi. kebetulan kepengurusan baru, pengen menghidupkan lagi,” paparnya.

Komunitas barang antik yang terdaftar ada sekitar 70 orang, tetapi sekarang banyak yang tidak aktif. Pihaknya pun sudah mendata pedagang yang sudah tidak aktif untuk nanti ditindaklanjuti oleh Pemkab Bantul.

Hal ini dikarenakan adanya regulasi seperti pasar tradisional, jika pedagang tidak aktif dalam jangka waktu tertentu akan diberi peringatan.

Untuk meramaikan PSWG, pihak manajemen mencoba dengan menggelar berbagai event. Dari Pemkab Bantul, event selain Bantul Expo ada juga Pasar Klangenan.

“Lalu ada event dari luar seperti anniversary komunitas mobil atau apa. Kemudian komunitas burung, hidupnya sekarang kebanyakan dari event,” kata dia.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Lengang! Begini Kondisi Sepinya Pasar Seni Gabusan saat Tak Ada Event

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya