Jogja
Kamis, 1 Februari 2024 - 19:21 WIB

Dua Hari Berturut-turut, Ada Dua Orang Meninggal Tersengat Listrik di Bantul

Stefani Yulindriani Ria S. R  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi tersengat listrik (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Solopos.com, BANTUL – Dua orang di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia karena tersengat listrik dalam dua hari berturut-turut.

Satu peristiwa kecelakaan itu terjadi pada Kamis (1/2/2024) sekitar pukul 10.00 WIB di Banguntapan, Kabupaten Bantul. Saat itu, pria berinisial DW, 28, itu sedang memperbaiki genting yang bocor.

Advertisement

Sehari sebelumnya atau pada Rabu (31/1/2024) sekitar pukul 15.30 WIB, pria berinisial AY, 54, warga Kalurahan Timbulharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, meninggal dunia karena tersengat listrik di tempat kerja.

Kasi Humas Polres Bantul, AKP I nengah Jeffry Prana Widnyana, mengatakan DW yang merupakan warga Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, itu sedang memperbaiki atap bocor. Sedangkan, AY tersengat listrik di tempat kerjanya di suatu perusahaan di Jalan Parangtritis Km. 9, Balong, Timbulharjo, Sewon, Bantul.

Advertisement

Kasi Humas Polres Bantul, AKP I nengah Jeffry Prana Widnyana, mengatakan DW yang merupakan warga Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, itu sedang memperbaiki atap bocor. Sedangkan, AY tersengat listrik di tempat kerjanya di suatu perusahaan di Jalan Parangtritis Km. 9, Balong, Timbulharjo, Sewon, Bantul.

“Saat itu korban bermaksud membetulkan lampu yang mati. Pada saat akan membetulkan sambungan listrik yang rusak, korban sudah diingatkan oleh teman kerjanya, kalau masih hujan lain waktu saja. Namun korban tetap membetulkan aliran listrik ke lampu yang mati tersebut,” katanya Kamis (1/2/2024).

AY naik ke atas meja yang terbuat dari besi. AY  juga tidak mengenakan alas kaki saat membetulkan aliran listrik tersebut. Kemudian, rekan kerjanya berteriak saat AY kesetrum. Di lokasi kejadian, korban masih berdiri memegang lampu dengan kabel yang baru diperbaikinya.

Advertisement

“Oleh dokter yang memeriksa, korban dinyatakan telah meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit dan pada saat diperiksa tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan,” imbuhnya.

Jeffry menyampaikan keluarga telah menerima kejadian tersebut. Keluarga korban juga meminta polisi tidak mengautopsi jenazah. Insiden dua hari beruntun itu menambah kecelakaan maut akibat sengatan listrik.

Pada 29 Januari 2024 lalu, warga Jetis, Bantul, berinisial AB meninggal dunia tersengat listrik saat sedang bekerja di Jalan Pleret Km 2.5 Jambidan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. AB kesetrum saat mengecek instalasi air di atap bangunan tersebut.

Advertisement

Sementara, pada 21 Januari 2024, pria berusia 40 tahun berinisial S meninggal dunia kesetrum saat menebang bambu di tepi sungai di Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul.

Ketika gerimis turun, S tiba-tiba terpeleset dan berpegangan pada sebatang bambu. Namun, dia tidak sadar bambu tersebut menyentuh kabel listrik. S pun tersengat listrik dan meninggal dunia.

Meninggalnya empat orang akibat sengatan listrik di awal 2024 membuat Polres Bantul mengimbau warga masyarakat mengutamakan keselamatan dengan berhati-hati saat memperbaiki atau memasang instalasi listrik.

Advertisement

“Hal ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan yang diakibatkan oleh hubungan aliran listrik,” ujar  Jeffry Prana Widnyana.

Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak membangun rumah atau bangunan lainnya dalam jarak yang kurang dari 3 meter dari jaringan listrik tegangan menengah 20 KV yang memiliki induksi listrik besar.

Warga juga diimbau tidak menebang pohon, bambu, atau tanaman lainnya yang dekat dengan jaringan listrik maupun mendirikan tiang antena TV, tiang telepon, parabola, pemancar alat telekomunikasi lainnya yang berdekatan dengan jaringan listrik.

“Jangan membakar sampah di bawah jaringan listrik. Jangan bermain layang-layang, menerbangkan drone, melempar atau menyentuhkan benda ke sekitar jaringan listrik,” imbaunya.

Hal yang harus dihindari lainnya adalah memasang reklame, spanduk, baliho yang berjarak kurang dari 3 meter dengan jaringan listrik atau pada tiang lisrik.

“Apabila ingin menggali tanah, hati-hati, pastikan situasi lingkungan sekitar aman dari kabel listrik, karena bisa jadi terdapat beberapa kabel listrik yang dipendam di tanah,” tukasnya.

Jeffry juga mengingatkan seluruh masyarakat selalu waspada bahaya lisrik saat musim hujan. “Kenapa kita harus waspada? Karena sifat air yang konduktor, mampu mengantarkan listrik, maka sangat rentan menimbulkan kecelakaan akibat tersengat listrik. Oleh karena itu, sebelum musim hujan, pastikan seluruh kabel di instalasi listrik kita tidak ada yang terbuka,” ujarnya.

“Hindari juga berteduh di dekat instalasi listrik, seperti tiang, gardu, panel penerangan jalan umum dan lainnya. Apabila akan melewati genangan air, gunakan sepatu boot yang kedap air agar terhindar dari resiko bahaya tegangan listrik yang bocor. Dalam kondisi basah gunakan sarung tangan karet bila ingin menyentuh instalasi kelistrikan. Kalau menjumpai instalasi kelistrikan yang berpotensi bahaya, beri tanda bahaya dan laporan ke contact center PLN 123. Apabila warga hendak memperbaiki atau memasang instalasi listrik, serahkan kepada ahli kelistrikan. Jangan dikerjakan sendiri, serahkan kepada ahlinya jika ingin memperbaiki atau memasang instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan.”

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Seorang Pria Tewas Kesetrum Saat Perbaiki Atap di Banguntapan, Pria Lain Tewas Tersetrum di Sewon

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif