SOLOPOS.COM - Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (24/1/2024). Menurut data BPPTKG telah terjadi Awan panas Guguran durasi 186.28 detik pada tanggal 24 Januari 2024 pukul 15:56 WIB dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter ke arah barat daya (kali Bebeng). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/nz

Solopos.com, JOGJA — Penambang pasir atau batu di lereng Gunung Merapi diminta untuk tidak melakukan aktivitas penambangan di daerah potensi bahaya di kawasan rawan bencana (KRB) III. Apalagi saat ini status Gunung Merapi pada posisi level III atau siaga.

“Seharusnya semua wilayah KRB III memang tidak boleh ada aktivitas termasuk penambangan,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta, Lilik Andi Aryanto, Kamis (25/1/2024).

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Lilik menyampaikan hal tersebut sesuai dengan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang hingga kini masih menetapkan status Gunung Merapi pada level III atau siaga. Dia menuturkan KRB III merupakan kawasan yang sangat berpotensi terdampak lontaran material vulkanik, awan panas, dan aliran lava saat terjadi erupsi Merapi.

“Rekomendasi masih seperti yang sebelumnya. Belum ada perubahan,” ujar dia.

Adapun di luar KRB III, Lilik meminta aktivitas penambangan di sungai-sungai berhulu Merapi berhenti sementara saat terjadi hujan di puncak Merapi yang berpotensi memicu lahar hujan.

“Demi keselamatan bersama, apabila terjadi hujan lebat supaya menjauh dari sungai yang bisa berpotensi terjadi lahar hujan,” kata dia yang dikutip dari Antara.

Meski demikian, menurut Lilik, membutuhkan hujan yang sangat deras untuk mendorong material vulkanik yang berada di puncak untuk sampai ke bawah atau menjadi lahar hujan. Selain itu, sungai-sungai berhulu Merapi masih cukup dalam untuk menampung guyuran material dari atas, ditambah keberadaan sabo dam di sejumlah titik.

“Potensi material yang ada di puncak akan turun apabila kena hujan di atas 70 mm, kemudian melihat kondisi saat ini memang sungai-sungai tersebut masih dalam karena aktivitas penambangan,” ujar dia.

Lilik memastikan BPBD DIY beserta para sukarelawan tetap meningkatkan kesiapsiagaan dengan mengintensifkan pemantauan selama 24 jam di lereng Merapi.

Dia menuturkan kewaspadaan berbagai pihak termasuk masyarakat perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi aktivitas vulkanik Gunung Merapi menjelang puncak musim hujan.

Sebelumnya, BPPTKG mencatat Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah pada Minggu (21/1/2024) mengalami satu kali letusan dengan tinggi kolom tidak teramati serta empat kali awan panas guguran yang mengakibatkan hujan abu vulkanik di sejumlah wilayah di Jawa Tengah.

Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, BPPTKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta juga meminta warga di DIY mewaspa dari potensi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan yang diprediksi terjadi pada Februari 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya