SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengibaran sang merah putih saat upacara bendera. (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Solopos.com, JOGJAYogyakarta atau Jogja memiliki deretan pahlawan perempuan yang telah dikenal masyarakat luas. Keberadaan pahlawan tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.

Berikut ini deretan pahlawan perempuan dari Jogja

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

1. Nyai Ahmad Dahlan

Nama lain dari Nyai Ahmad Dahlan adalah Siti Walidah. Nyai Ahmad Dahlan merupakan pahlawan perempuan dari Jogja.

Ia menemani sang suami berjuang lewat Persyarikatan Muhammadiyah hingga akhir hayat. Peran awalnya tak begitu kentara, baru setelah K.H Ahamad Dahlan wafat, Siti Walidah tampil vokal sebagai Pembina sekaligus penggerak organisasi, khususnya Aisyiyah.

Dikutip dari aisyiyah.or.id, Nyai Ahmad Dahlan lahir di Kauman pada 1872 M. Ia merupakan putri keempat dari tujuh bersaudara Kyai Penghulu Haji Muhammad Fadhil. Salah satu adiknya adalah K.H. Ibrahim yang juga pernah menjabat sebagai President Hoofdbestuur Muhammadiyah pada periode 1923-1932.

Nyai Ahmad Dahlan meninggal dunia pada 31 Mei 1946. Pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional kepada istri K.H. Ahmad Dahlan ini yang telah mendidik dan membina wanita-wanita muda sebagai calon-calon pemimpin Islam. Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 042/TK/Tahun 1971 telah menetapkan Nyai Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional.

2. Ibu Ruswo

Dikutip dari budaya.jogjaprov.go.id pada Jumat (10/11/2023), Ibu Ruswo memiliki nama asli Khusna. Ia lahir pada tahun 1905 di Yogyakarta.

Ruswo Prawiroseno merupakan nama suaminya. Di Jawa, seorang perempuan lazim dipanggil dengan nama suami. Ibu Ruswo berperan sebagai pengendali pasokan logistik bagi para pejuang bersama dengan kaum ibu-ibu bahkan menjadi kurir rahasia.

Meski bu Ruswo dikenal sebagai pahlawan dalam bidang penyiapan pasokan makanan pada prajurit. Nyatanya beliau juga berperan dalam berbagai hal.

Di antaranya adalah pernah bergabung dengan Komite Pembela Buruh Perempuan Indonesia yang mana memiliki fokus pada pembelaan terhadap hak-hak perempuan lain. Saat itu belum banyak tokoh yang peduli akan isu-isu perempuan.

Pada perkembangannya, berkat usulan keluarga eks Resimen 22 Wehrkreise III nama jalan di timur Alun-Alun hingga ke arah Jalan Brigjend Katamso diubah namanya. Nama jalan yang sebelumnya Dwikora menjadi Jalan Ibu Ruswo.

Perubahan nama jalan melalui surat penetapan Wali Kota Madya pada tahun 1981. Jalan ini mengenang perjuangan para pejuang, ibu-ibu pejuang dan perempuan-perempuan pejuang yang rela berkorban untuk bangsa dan negara.

3. Raden Ayu Marsiti

Ia merupakan perempuan ningrat kelahiran Jogja di tahun 1923. Raden Ayu Marsiti turut masuk dalam kategori pahlawan perempuan lantaran perannya yang aktif dalam pergerakan selama masa perjuangan Indonesia.

Selain aktif dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme ia juga aktif dalam upaya membangun pendidikan dan mengangkat kesejahteraan masyarakat masa itu.

4. Ngaisyah dan Oemiyah

Ngaisyah dan Oemiyah merupakan contoh lain pahlawan perempuan dari Jogja. Dikutip dari www.matain.id, aksi heroik Ngaisyah dan Oemiyah menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera Indonesia di atap Gedung Agung Yogyakarta pada September 1945. Pada saat itu, suasana cukup genting karena ada demonstrasi besar menuntut penurunan bendera Jepang.

Demikian tadi deretan pahlawan perempuan asal Jogja. Di luar itu, masih banyak pahlawan perempuan lainnya yang berkiprah untuk bangsa dan negara. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepantasnya meneledani semangat perjuangan para pahlawan bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya