SOLOPOS.COM - Instalasi seni interaktif untuk anak-anak di arena Artjog 2022. (Komunitas Artjog 2022)

Solopos.com, JOGJA — Perhelatan seni rupa terbesar di Indonesia, ARTJOG, bakal menyapa kembali pencinta seni pada 2024. Tahun depan ARTJOG akan hadir dengan mengusung tema Motif: Ramalan.

Kurator ARTJOG 2024, Hendro Wiyanto, mengatakan sejak masa Raden Saleh, ramalan atau nujum terkait seni rupa Indonesia sudah dituliskan. Salah satu nujum tersebut mengatakan masa lampau yang murung dan masa depan yang tidak memberi harapan. Betapa pun besarnya bakat yang dipunyai Raden Saleh atau Mas Pirngadi, tak akan lahir kesenian nasional Indonesia.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Hendro menuturkan seni lukisan Celeng karya Djoko Pekik sering ditafsirkan orang sebagai ramalan. Metafora celeng dalam tiga buah lukisannya yang terkenal pada akhir abad lalu dipandang tidak saja menggambarkan kondisi zaman yang gonjang-ganjing ketika lukisan itu diciptakan.

“Di tengah euforia masa reformasi, orang tertarik juga meramal apa yang akan terjadi di masa mendatang. Terlebih pelukisnya sendiri mengatakan seniman yang baik adalah orang yang dapat weruh sadurunge winarah dapat mengetahui apa yang akan terjadi sebelum peristiwanya sendiri terjadi,” ujarnya di Jogja Nasional Museum (JNM), Rabu (20/12/2023).

Dia mempertanyakan apa yang akan para seniman katakan atau imajinasikan di antara pengetahuan sejarah masa lalu dan ramalan atas masa depan yang selalu penuh kemungkinan.

“Yang terasa begitu dekat di depan mata berkat semesta data raya yang agaknya tak lama lagi akan menentukan segala hal dalam kehidupan bersama,” ungkapnya.

Pengajar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, kurator independen dan penulis, Aminudin Th Siregar, mengatakan masa depan seni rupa kontemporer terletak pada partisipasi aktif penonton. Seni yang menawarkan pertunjukan akan semakin menonjol.

“Seni ini akan berkembang melampaui batasan-batasan, apapun itu, karena jenis kesenian ini ingin selalu melibatkan penonton merasakan pengalaman yang mendalam dan transformatif. Oleh karena itu, seniman akan mencari cara-cara baru untuk memancing dialog, mempertanyakan dinamika kekuasaan antara seniman, karya seni, dan penonton, dan seterusnya,” katanya.

Dengan keterlibatan maka akan terjadi pengalihan fokus dari seniman sebagai pencipta tunggal ke penonton sebagai peserta aktif, sehingga memupuk tingkat hubungan pribadi dan emosional yang lebih dalam. Masa depan seni rupa kontemporer tampaknya akan semakin menekankan unsur pengalaman dan partisipatif ini.

“Ruang seni, pada gilirannya, ikut berubah menjadi lingkungan yang imersif guna melibatkan berbagai indera dan mengundang pemirsa untuk menerima karya seni sebagai sebuah pengalaman, bukan sekedar observasi pasif melalui mata,” paparnya.

Pengajar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Sri Margana, menyampaikan kesulitan pokok dalam rekonstruksi sejarah seni rupa di Indonesia yang bergerak in line dengan proyek pengetahuan dan kekuasaan ini adalah subordinasi seniman dalam sistem politik kolonial dan feodal.

“Artinya individu seniman tidak tercatat sebagai aktor pencipta seni, mereka tersubordinasi oleh kekuasaan, sehingga yang muncul sebagai pencipta seni adalah si elit yang sedang berkuasa. Seniman Indonesia dalam arus pengembangan ilmu pengetahuan dan kekuasaan hanyalah sebagai instrumen anonim yang dieksploitasi untuk kepentingan kekuasaan dan ilmu pengetahuan,” katanya.

Hal ini menjadi tantangan pokok bagi rekonstruksi sejarah seni Indonesia yang Indonesiasentris, agar keluar dari bayang-bayang europasentrisme dalam pengkajian sejarah seni Indonesia.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul ARTJOG 2024 Angkat Tema Motif: Ramalan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya